Standar Kecantikan Indonesia yang Semakin Meresahkan

Standart kecantikan Indonesia
Pict: Bing
7 Agustus 2024


Standar Kecantikan Indonesia yang Meresahkan- Standar kecantikan di Indonesia telah menjadi topik diskusi yang hangat dan sering kali kontroversial. Konstruksi sosial tentang kecantikan di negara ini tidak hanya mempengaruhi cara orang melihat diri mereka sendiri, tetapi juga bagaimana mereka diperlakukan oleh orang lain. 

Standar ini, yang sering kali dipromosikan oleh media dan industri kecantikan, dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik individu, terutama perempuan. Berikut adalah beberapa aspek dari standar kecantikan Indonesia yang meresahkan:


1. Kulit Putih sebagai Simbol Kecantikan.

Salah satu standar kecantikan paling dominan di Indonesia adalah cantik itu harus berkulit putih. 

Banyak iklan produk kecantikan, seperti krim pemutih dan produk perawatan kulit, menekankan pentingnya memiliki kulit yang cerah.

Hal ini sering kali membuat kaum hawa yang memiliki kulit gelap merasa kurang menarik dan minder.

Selain itu, tak sedikit pula wanita yang memiliki kulit gelap mendapat bully dari perempuan lainnya. Kalau bahasa yang trend sekarang adalah AURA MAGRIB.


Dampak Negatif:

- Rasa Tidak Percaya Diri: Perempuan dengan kulit gelap mungkin merasa kurang percaya diri dan mencoba berbagai cara untuk memutihkan kulit mereka secara instant yang bisa berbahaya bagi kesehatan.

- Diskriminasi: Preferensi untuk kulit putih dapat menyebabkan diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan dan hubungan sosial.

Pernah suatu ketika aku melihat podcast seorang artis yang memiliki kulit khas Indonesia. Dia bercerita di awal karirnya sebagai seorang artis pernah disarankan untuk suntik putih agar laku di pasaran Indonesia.

- Penyalahgunaan Produk: Penggunaan produk pemutih yang tidak aman dapat menyebabkan masalah kulit jangka panjang, seperti iritasi, alergi, atau bahkan kanker kulit dan juga kerusakan pada ginjal.


2. Tekanan untuk Memiliki Bentuk Tubuh Ideal.

Selain kulit putih, bentuk tubuh juga menjadi salah satu standar kecantikan yang meresahkan. 

Bentuk tubuh yang dianggap ideal biasanya adalah yang langsing dengan proporsi tertentu. Tekanan untuk memiliki tubuh yang ideal ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. 

Karena itulah banyak sekali produk pelangsing yang diklaim bisa membuat tubuh langsing secara instant dan dalam waktu singkat. 

Well, tubuh yang obesitas atau overweight memang tidak bagus untuk kesehatan dan rawan terkena penyakit kronis, tetapi alangkah baiknya para pebisnis kecantikan dan produsen makanan/minuman mencanangkan tentang makanan sehat yang disertai olahraga.


Dampak Negatif:

- Gangguan Makan: Tekanan untuk menurunkan berat badan bisa memicu gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia.

- Body Shaming: Mereka yang tidak memenuhi standar tubuh ideal sering mengalami body shaming, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

- Penggunaan Suplemen Tidak Aman: Beberapa orang mungkin tergoda untuk menggunakan suplemen penurun berat badan yang tidak aman atau menjalani diet ekstrem yang tidak sehat.


3. Standar Kecantikan yang Berubah-ubah.

Standar kecantikan di Indonesia sering kali berubah-ubah, mengikuti tren dari luar negeri atau yang dipromosikan oleh selebriti. Perubahan ini bisa membuat individu merasa tidak pernah cukup baik atau terus-menerus mengejar penampilan yang ideal menurut standar terbaru.


4. Pengaruh Media Sosial.

Media sosial memainkan peran besar dalam memperkuat standar kecantikan yang meresahkan. Filter, aplikasi edit foto, dan konten influencer sering kali menampilkan versi yang tidak realistis dari kecantikan, yang bisa mempengaruhi persepsi diri individu.


Dampak Negatif:

- Perbandingan Sosial: Pengguna media sosial sering kali membandingkan diri mereka dengan orang lain yang terlihat 'sempurna', yang bisa merusak kepercayaan diri.

- Kesehatan Mental: Tekanan untuk tampil sempurna di media sosial dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

- Keaslian yang Terancam: Obsesi terhadap penampilan yang sempurna bisa mengurangi apresiasi terhadap keaslian dan keberagaman kecantikan yang sudah diciptakan oleh Tuhan. Karena itulah zaman sekarang tak sedikit perempuan yang melakukan operasi plastik demi mendapatkan kecantikan sesuai dengan stadar yang ada di masyarakat.


Standar kecantikan di Indonesia yang berfokus pada kulit putih, bentuk tubuh ideal, dan penampilan sempurna di media sosial bisa sangat meresahkan.

 Tekanan untuk memenuhi standar ini bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental individu. Penting bagi kita untuk menyadari bahwa kecantikan itu beragam dan tidak bisa diukur dengan satu standar.

Cantik tidak harus seperti si A, B, atau C, tapi cantik adalah ketika kita merawat apa yang diciptakan Tuhan dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa syukur. (*)

0 Comments