Pict: Bing AI |
Sering aku melihat postingan yang mendapat pujian dan juga hujatan di TikTok maupun FB dengan konteks yang sebenarnya bisa dibilang sama.
Sebagai contoh: Dua kreator sama-sama berkulit gelap dan membuat konten yang sama yaitu mengenai kecantikan.
Kreator A mendapat banyak pujian seperti; Lihatlah, definisi cantik gak harus putih, kan? Inilah kecantikan orang Indonesia yang sesungguhnya.
Semua itu berbanding terbalik dengan kreator B yang kebetulan memang wajahnya tidak semenarik kreator A. Belum adanya perawatan maupun background kehidupan yang mendukung alias bikin kontennya apa adanya dengan alat makeup seadanya. Komen-komen warga Indonesia sangat mengerikan di konten B. Seperti; "Udah item, jelek, mandi dulu kek minimal."
"Orang jelek mah mau make-up kayak apa pun tetap jelek."
"Itu gigi sama gusi nongol begitu. Bikin jijik."
Dan masih banyak lagi komen lainnya yang kalau dibaca, untuk sebagian orang akan berpikir,"Ini beneran yang komen orang Indonesia? Katanya negara kita adalah negara dengan masyarakat yang paling ramah?"
Hal-hal semacam di atas, membuat kecantikan orang Indonesia sebenarnya tuh memiliki standart ganda. Jika si A terlahir dengan kulit gelap, tapi kamu cantik, struktur wajah bagus, ya kamu cantik. Sementara jika si B punya kulit sawo matang, tapi terlahir dengan struktur wajah yang gak cantik, ya kamu jelek dan pantas di-bully.
Well, sejatinya cantik itu apa, sih?
Kalau buatku pribadi saat ini, cantik adalah versi terbaik dari diri sendiri. Yang rapi, bersih, tidak bau badan,dan memakai baju yang pantas serta nyaman.
Untuk apa kita berusaha keras untuk memenuhi standart kecantikan orang lain? Yang inilah, itulah,anulah, segala macam. Lagipula, nurutin kata orang tuh gak akan ada habisnya. Selain itu, kalau nurutin standart kecantikan orang Indonesia pada umumnya tuh gampang. Asal ada banyak duit, yang wajahnya memiliki banyak kekurangan, bisa diubah jadi cantik. Yang ganteng bisa diubah menjadi cantik. Yang cantik bisa dijadikan makin cantik dengan perawatan mahal serta operasi plastik.
Hah! Gak akan ada habisnya kalau ngomongin cantik itu harus ngikutin standart siapa dan yang mana. Lagipula, mau diapakan wajah kita, dipermak sedemikian rupa, akan ada saatnya kecantikan itu luntur. Selain itu juga dalam hidup bermasyarakat, kecantikan bukan hal utama. Ada etika, empati, berpikir positif yang akan membuat orang itu survive dengan kehidupannya. Jadi, jangan hanya fokus pada kecantikan luar yang hanya bersifat fatamorgana.
Teruslah olah kemampuan diri agar kehidupan kita menjadi lebih baik, berusaha berpikir positif, berpenampilan yang rapi serta tidak bau, dan tak lupa untuk olahraga serta menjaga kesehatan. Semua hal itu jauh lebih penting daripada hanya sekadar memenuhi standart kecantikan orang lain. (*)
0 Comments