Saga & Kenanga. Bab 6

 


"Sudah puas?" tanya Sagara mencubit hidung istrinya begitu Berlian sudah keluar dari ruangan. Dengan perasaan senang, Kenanga tertawa dan memegangi tangan suaminya.

"Salah sendiri! Jadi perempuan kok genit dan suka menggoda suami orang!"

"Cemburu?" Saga tersenyum menggoda. Dia senang melihat istrinya yang protektif. Biasanya, laki-laki tak suka dicemburui. Tapi bagi Sagara, cemburu adalah micin bagi rumah tangganya biar makin sedap dan nikmat. Lagipula, sejak awal dia tahu kalau istrinya hanya pura-pura bermanja-manja untuk membuat Berlian kesal.

"Hummph! Siapa yang cemburu?"

Sagara mengangkat tubuh istrinya dengan cepat dan diletakkan di atas pangkuannya. Makin hari Kenanga makin manja, menggemaskan, dan makin cantik. Semua tingkah lakunya terasa menyenangkan apalagi kalau sedang berada di depan cermin sambil melihat perutnya yang semakin buncit. Sagara tak pernah jemu melihat semua itu. Tak pernah marah jika di tengah malam ia terbangun karena Kenanga harus buang air kecil berkali-kali. Saat Kenanga mulai tak nyaman dengan posisi tidurnya yang mulai tengkurap saja tak bisa, miring capek, melihat ke atas pegal, pria itu selalu bangun dan berusaha memberi kenyamanan. Saga memeluknya, mencoba membuat istrinya tidur dengan nyaman.

"Jangan bilang tadi kau tidak cemburu?"

"Tidak. Aku hanya tidak suka dia memelukmu di depanku."

"Oh ... sekarang modelki sudah pergi dan aku kehilangan model yang berbakat untuk produk baru perusahaan. Bukankah kau harus bertanggu jawan Nyonya Saga?"

Kenanga pura-pura berpikir dengan mata tertutup. Meskipun dia bukanlah seorang yang berpengalaman di dunia modeling, setidaknya Kenanga bekerja sebagai staff marketing di perusahaan suaminya. Dan untuk menebus kesalahan yang disengaja, dia harus melakukan sesuatu.

"Bagaimana kalau kita mencari model baru?" Usul Kenanga percaya diri.

"Produknya launching bulan depan. Kau pikir mudah mencari model yang sesuai?"

"Haruskah kita memanggil wanita genit itu lagi? Aku akan meminta maaf padanya kalau kamu mau," balas Kenanga cemberut. Dia memang tak tahu proyek apa yang sedang dikerjakan suaminya karena Kenanga tak pernah ikut campur apa pun tentang urusan PT. Sagara. Tapi, jika karena keegoisannya justru membuat suaminya merugi, Kenanga tak keberatan meminta maaf walau sebenarnya tidak mau.

"Sungguh kau mau menebus kesalahanmu? Menyesalinya?"

Kenanga mengangguk perlahan.

"Baiklah. Kalau begitu, kau harus melakukan sesuatu untuk membayar kesalahanmu."

"Apa?" tanya Kenanga dengan mata melebat lantaran aroma tubuh seuaminya yang maskulin dan menenangkan. Rasanya, dia ingin selalu seperti ini. Berada di pangkuan suaminya yang hangat dan protektif. 

"Mulai sekarang kau harus selalu berada di sisiku. Kau akan menjadi sekretarisku."

"Kan ada Juned!" ucap Kenanga setengan memprotes.

"Juned membantu pekerjaanku dan kau akan membantu mengurus hal pribadiku."

Kenanga menyipitkan matanya dan memegangi kedua pipi suaminya. "Jangan bilang itu niatmu dari awal Pak Saga?"

Saga mengangkat kedua bahunya lalu mencium bibir istrinya dengan perlahan. "Hanya kau yang bisa melakukan pekerjaan ini, Sayang. Bukan yang lain," bisik Saga sesaat sebelum tangannya melepaskan satu persatu kancing baju Kenanga dan mulai menyesap indahnya surga dunia. Kenanga menenggelamkan tangannya di rambut suaminya. Merasakan setiap sentuhan lelaki itu yang berusaha sehati-hati mungkin. 

"Sayang, aku ingin melakukannya sekarang," ucap Saga terengah dan berat hati melepaskan puncak dada Kenanga dari dalam mulutnya yang hangat dan lembab. 

"Jangan berlebihan. Oke?" balas Kenanga yang tak mampu menolak keinginan suaminya yang wajahnya sudah merah padam dibakar gairah. Apa pun yang terjadi, Sagara harus segera menuntaskannya sebelum tubuhnya terbakar.

Dengan hati-hati Sagara mengangkat tubuh istrinya yang pakaiannya setengah terbuka dan meetakkan bokongnya di atas meja kerja. "Hei, kamu yakin akan melakukannya di sini?"

"Ya. Apa kau keberatan?"

Kenanga menggeleng pelan sambil mengamati pria di hadapannya yang mulai melepaskan satu persatu kain yang menempel di tubuhnya. Satu kata. Sempurna! Kenanga menelan ludahnya karena melihat suaminya sendiri. Tubuhnya seperti karya seni yang dipahat dengan sempurna. Otot-otot kencang yang ada pada tempatnya. Beberapa helai bulu halus yang menghiasi dadanya dan juga di bawah pusar dan berangsur turun ke area yang hanya Kenanga yang pernah menjamahnya. 

"Apa aku terlihat seksi?" goda Saga perlahan menebus jarak antara dirinya dan ibu dari anak-anaknya.

Kenanga mengerlingkan mata dan mulai memainkan tangannya di dada suaminya yang liat. "Anda sangat sangat sangat seksi, Pak Saga! Rasanya saya ingin menjadikan Anda selingkuhan saya!" balas Kenanga dengan suara berat dan ekspresi menantang. 

"Kau memang sekretaris nakal!" balas Saga yang tak mau kalah. Dia juga mulai menyentuh dada Kenanga yang dengan lembut dan sesekali mencubit puncaknya hingga wanita memekik mesra. 

"Dan Anda bos yang menggairahkan!" ucap Kenanga yang langsung memasukkan puncak dada Saga yang mengeras ke dalam mulutnya. Pria itu mengerang, menyelipkan kedua tangannya di rambut Kenanga dan menekannya. 

"Nanga, kau benar-benar sempurna," desis Saga dengan napas berat.

"Aku tahu. Dan cintamu, membuat hidupku bermakna."

Saga mengangkat dagu istrinya dan menatap jauh ke dalam matanya. "Aku bersyukur Tuhan mempertemukan kita lagi."

"Kita sudah melewati hal terberat dalam hidup kita, Ga. Entah apa yang bisa aku lakukan tanpamu."

"Yang jelas, kau tak akan hamil tanpaku!" kata Saga sebelum menenggelamkan dirinya ke dalam sagara tak berdasar. Sagara yang memabukkan yang sebentar lagi anak-anaknya akan lahir dari sana 

1 Comments

  1. Makin bucin aja tuch tuan Sagara& nyonya kenangaa,sos swett bgt

    ReplyDelete