Bab. 81
Kekecewaan Bening.
"Pa-papi kenapa me-?"
"Diam kamu!" Tuan Jordan menggeram marah, sorot matanya seakan ingin membunuh orang saat ini.
"Hiks ... hiks ... ma-maaf! Bening tidak sengaja!" isak Bening ketakutan karena untuk pertama kalinya ia melihat Papi mertuanya marah hingga seperti ini.
Sedangkan Sari yang merasa kesakitan hanya mampu berdiam diri ketakutan karena melihat kemarahan majikannya tadi meskipun itu dimaksudkan untuk membela dirinya.
"Tidak sengaja kau bilang! Lihat hasil dari perbuatanmu! Kau membuat Sari terluka sampai seperti itu, hah!" bentak Tuan Jordan bahkan ia hampir saja melayangkan tamparan keduanya.
"Ahh ...!" jerit Bening menutupi wajahnya dengan tangan.
Namun, tiba-tiba Tuan Jordan menghentikan aksinya itu dengan menggantungkan tangannya di udara saat melihat Bening sangat ketakutan.
"Masuk ke dalam kamarmu, aku tidak mau melihat wajah bodohmu itu lagi!" bentak Tuan Jordan.
"Kau tidak apa-apa, Sari?!" Perhatian Tuan Jordan beralih kepada gadis yang tengah berdiri ketakutan di sampingnya.
"Ti-tidak apa-apa Tuan!" cicit Sari dengan raut ketakutan yang terlihat jelas di wajahnya.
"Kemarilah duduk di sini aku akan mengobati lukamu!" ucap Tuan Jordan dengan penuh kelembutan. Bahkan ia membantuh Sari berjalan menuju sofa.
Pemandangan itu begitu menyakitkan bagi Bening. Kenapa ia harus disalahkan hingga seperti ini? Bukahkah dirinya juga tidak sengaja melakukannya. Namun Bening tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa berdiri dengan memegangi pipinya yang terasa sakit akibat tamparan Papi mertuanya tadi dengan menyaksikan bagaimana sang Papi mertua memperlakukan Sari dengan begitu lembut.
'Aku tidak boleh iri apalagi sakit hati karena memang ini salahku. Aku yang telah membuat Sari celaka. Maafkan aku Sari. Hiks!'
Dengan perlahan Bening menyeret langkahnya menuju kamar. Ia ingin menangis di sana, menumpahkan segala sepedihannya.
Sementara di ruang tengah Tuan Jordan memperlakukan Sari bak seorang putri. Hal itu tentu saja membuat Sari merasa tidak enak hati. Apalagi setelah ini ia pasti akan menjadi gunjingan teman seprofesinya.
"Cepat ambilkan salepnya! Kenapa kalian lelet sekali?!" teriak Tuan Jordan kepada para pelayan yang dianggapnya tidak cekatan.
"Maaf Tuan biar saya obati luka saya sendiri!" cicit Sari.
"Sudah lah tidak apa-apa. Kau diam saja ya, nanti lukanya bisa infeksi jika tidak segera diobati!" bujuk Tuan Jordan.
Tuan Jordan mengompres tangan dan kaki Sari secara bergantian dengan sangat telaten.
"Apa ini sakit?!" tanya Tuan Jordan lembut.
"Ti-tidak Tuan," gugup Sari saat mendapat perlakuan seperti ini dari majikannya.
"Apa kalian sudah memanggil dokter?!" tanya Tuan Jordan lagi.
"Su-sudah Tuan, dokternya masih dalam perjalanan kemari!" jawab Fatma.
Perlakuan Tuan Jordan kepada Sari tentu saja membuat seluruh pelayan menjadi heran karena tidak biasanya sang majikan memperlakukan pekerjanya dengan sebaik ini. Bukankah itu tidak wajar.
Tentu saja hal itu membuat mereka berfikiran negatif dan mencurigai hal yang tidak - tidak antara Sari dan majikannya itu. Namun, hal itu hanya bisa mereka simpan di dalam pikiran mereka saja karena tidak mungkin bagi mereka untuk bersuara.
"Aku akan mengantarmu kembali ke kamar. Apa kau bisa berjalan?!" tanya Tuan Jordan kemudian.
"Tidak perlu Tuan, saya bisa kembali ke kamar sendiri. Lagi pula saya juga masih bisa berjalan," tolak Sari.
"Tapi bagaimana dengan kakimu!" ucap Tuan Jordan sarat akan kekhawatiran.
"Tidak apa-apa Tuan. Kaki saya baik-baik saja," jawab Sari sopan.
"Benar Tuan, biar saya saja yang mengantar Sari kembali ke kamarnya," saut Fatma.
"Baiklah antarkan Sari ke kamarnya dengan hati-hati. Aku akan menyuruh dokter untuk langsung ke kamarmu jika dia sudah datang nanti!" ucap Tuan Jordan.
'Sebenarnya ada apa dengan Tuan Jordan? Kenapa sikapnya berbeda sekali kepada Sari. Apa ada sesuatu yang sudah terjadi di antara mereka berdua?'
"Baik Tuan, permisi! Ayo Sari!" pamit Fatma penuh hormat.
Fatma pun membantu Sari berjalan menuju kamarnya yang ada di paviliun belakang rumah utama.
"Pelan-pelan, hati-hati!" ujar Tuan Jordan mengiringi kepergian dua pelayannya itu.
Kepergian Sari tak luput dari pengawasan Tuan Jordan hingga mereka menghilang dari balik pintu.
"Kalau terjadi apa-apa dengan putriku. Aku akan membuat perhitungan dengan mu Bening!" desisnya sarat akan amarah.
*****
Di dalam kamarnya Bening menangis sendirian karena rasa bersalahnya kepada Sari sahabatnya dan juga rasa kecewanya dengan sikap sang Papi mertua yang menurutnya tidak adil dan terlalu berlebihan.
Hanya karena Bening tidak sengaja menumpahkan teh panas kepada Sari. Tuan Jordan sampai menamparnya seperti itu. Bahkan hampir dua kali.
"Permisi Nona, apa saya boleh masuk?!" ucap Fatma.
"Masuk saja Bi," jawab Bening sembari menghapus air matanya dengan telapak tangan.
"Saya membawakan jus mangga kesukaan Nona. Silahkan diminum!" Fatma menyerahkan gelas yang dibawanya kepada gadis itu.
"Bagaimana keadaan Sari sekarang, Bi?!" tanya Bening setelah meneguk jus di tangannya.
"Lukanya sudah diobati Nona, tadi dokter juga sudah meresepkan obat agar lukanya segera kering. Jadi Nona tidak perlu khawatir!" jawab Fatma menenangkan.
"Hiks ... hiks ... itu semua salah Bening, Bi. Seandainya Bening lebih berhati-hati tadi, maka Sari tidak akan terluka seperti saat ini!" sesal Bening.
"Tidak ada yang tahu kapan musibah itu akan datang Nona. Sari juga tidak pernah menyalahkan anda atas kejadian tadi, karena dia tahu anda tidak sengaja. Jadi anda tidak perlu merasa bersalah," tutur Fatma.
"Tapi Papi sangat marah pada Bening, Bi. Bening takut sekali!"
"Bibi juga heran melihat sikap Tuan tadi Nona. Karena sebelumnya Tuan besar tidak pernah bersikap seperti itu. Tapi entahlah mungkin Tuan besar hanya salah paham saja terhadap anda. Nona yang sabar ya!"
"Tapi Bening takut Bi!" cicit Bening.
"Mungkin Tuan Jordan tadi tidak sadar melakukannya. Atau mungkin ada masalah di kantor sehingga terbawa sampai ke rumah." Kepala pelayan itu masih berusaha menenangkan Bening yang masih dilanda ketakutan.
"Bening ingin bertemu dengan Sari, Bi. Ingin tahu bagaimana keadaannya. Apakah bisa?!" pinta Bening.
"Maaf Nona, sebaiknya besok saja. Karena mungkin saat ini Sari masih istirahat dan Nona juga harus beristirahat, bukan?!"
"Baiklah, besok saja Bening ketemu Sarinya. Sekarang Bening mau istirahat dulu."
"Iya Nona, selamat beristirahat!"
Fatma pun meninggalkan kamar Bening setelah memastikan Nona mudanya itu berbaring dengan nyaman di atas ranjang.
*****
"Apa maksud Jordan memperlakukan pembantu dengan spesial seperti itu?!" amuk Nyonya Diana saat salah satu pelayan kepercayaannya menyampaikan berita tentang Sari kepadanya.
"Siapa nama pembantu kurang ajar itu?!" teriaknya.
"Sa-sari Nyonya," jawab pelayan itu terbata karena ketakutan melihat sang majikan dikuasai amarah.
"Sari! Keponakan si Sumi?!"
"I-iya Nyonya!"
"Brengsek! Apa hubungan yang ada di antara mereka berdua sebenarnya. Tidak mungkin kalo di antara mereka tidak terjadi apa-apa. Jika mendengar ceritamu tadi bagaimana cara suamiku memperlakukan pembantu kurang ajar itu!" geram sang Nyonya.
"Grace, cari tahu apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Jordan dariku!" ucap Nyonya Diana kepada Grace yang tengah berdiri tak jauh darinya.
"Baik Nyonya!"
'Sialan! Apa si brengsek Jordan itu sudah berganti selera dengan daun muda sekarang?! Bahkan aku tidak pernah berhasil mendapatkan hatinya walaupun sudah berjuang bertahun-tahun lamanya!'
1 Comments
Waduh makin panas aja nich cerita nya,kasian y bening jd korban salah paham orang tuan nya sendiri ayo kak up kg biar aku bisa + libur sehari lg, wah bisa" akuga bisa gajiaan kalau libur trus❤️❤️❤️❤️
ReplyDelete