Bab. 15
Jebakan Tante cantik.
Ekor mata Bening menyusuri setiap sudut kamar mewah yang akan menjadi tempat berteduhnya saat ini. Decak kekaguman tak pernah surut ia rasakan hingga tak bisa membuatnya berhenti untuk tersenyum.
Sungguh Bening tak pernah menyangka akan mendapatkan sebuah kejutan indah dari Tuhan karena dipertemukan dengan seorang wanita berhati malaikat seperti Mami Juwita, dengan memberinya tempat berteduh seindah ini. Tak pernah terpikir oleh Bening sebelumnya bahkan dalam mimpi sekalipun.
Kamar cantik yang di dominasi warna soft purple itu dilengkapi dengan sebuah ranjang besar berukuran queen size dengan tirai transparan di setiap sisinya, sungguh cantik sekali.
Fasilitas pendukung seperti meja rias, lemari besar bahkan sofa juga terlihat cantik dengan model dan warna yang senada.
Gadis itu berlari karena tidak sabar ingin segera merasakan kenyaman yang disajikan tilam empuk itu untuk memanjakan punggungnya, hingga membuat benda bermaterial busa itu bergelombang saat ia membanting punggung di atasnya.
"Apa aku sedang berada di surga sekarang? sungguh nyaman sekali kasur ini. Baik sekali Mami Juwi kepadaku. Aku berjanji akan membalas semua kebaikannya," monolog Bening yang terdengar sangat konyol. Tetapi senyuman di bibirnya memudar saat ia mengingat kembali tentang keberadaan Adi, seorang anak kecil baik hati yang mau berteman dengannya saat pertama kali ia berada di kota besar ini.
"Tapi bagaimana dengan Adi, apa dia baik-baik saja atau jangan-jangan preman-preman itu berhasil menangkapnya. Ya Tuhan aku harus mencarinya ke mana? Bagaimana kalau aku meminta tolong kepada Mami Juwi saja. Siapa tau dia bisa membantuku. Ah iya minta tolong Mami saja, sebaiknya aku mandi dulu." Bening pun mendudukkan dirinya di kasur hingga sorot matanya menangkap bayangan benda persegi di sudut kamar.
"Itu pasti kamar mandinya, kamar mandi orang kaya kan biasanya berada di dalam kamar, seperti di sinetron-sinetron yang pernah aku lihat di tv." Bening segera mengayunkan langkahnya ke arah sebuah pintu yang terletak di pojok.
"Wahhh! Ini tempat apa? Seperti bukan kamar mandi. Eh tapi memang seperti ini kamar mandi yang sering aku lihat di televisi, tapi bagaimana cara menggunakannya?" Bening bingung sambil mengitari tempat itu dan berusaha menekan semua tombol yang dilihatnya.
Setelah beberapa kali mencoba akhirnya Bening berhasil menggunakan fasilitas yang tersedia di dalam kamar mandi tersebut. Hingga ia bisa membersihkan tubuhnya yang terasa lengket oleh keringat.
*****
Siang berganti malam, malam berganti siang begitupun seterusnya hingga tak terasa sudah dua minggu Bening tinggal di rumah besar Mami Juwita. Kini ia sudah pulih sepenuhnya, pasca mengalami kecelakaan tempo hari. Bahkan selama Bening tinggal di rumah ini, ia tidak pernah berdiam diri saja. Ia membantu mengerjakan beberapa pekerjaan rumah seperti memasak dan membersihkan ruangan. Walaupun Mami Juwita sering melarangnya melakukan tugas itu karena ada pembantu yang sudah mengerjakannya.
Karena gadis itu pikir, hanya itu yang bisa dia lakukan untuk membalas kebaikan Mami Juwi kepadanya. Bahkan dijadikan pembantu pun Bening bersedia. Seperti hari ini, gadis cantik itu sedang melayani kebutuhan seniornya. Siska dan Linda, dua wanita cantik bertubuh langsing bak model internasional itu. Ia menyiapkan baju dan sepatu yang akan mereka gunakan untuk pergi hari ini, katanya sih mereka akan pergi bekerja tapi bekerja apa Bening juga tidak tahu.
Sering ia dilanda rasa penasaran, pekerjaan apa yang sebenarnya mereka lakukan. Sehingga mengharuskan mereka selalu tampil cantik dan seksi dengan memakai pakaian terbuka. Bahkan yang datang menjemput mereka sering kali pria berjas lengkap dengan mobil mewahnya.
"Bening, ikut Mami sebentar, ada yang ingin Mami bicarakan sama kamu," ucap Mami Juwi yang baru saja masuk ke dalam kamar Siska.
"Baik, Mi," jawab gadis itu sembari meletakkan gaun cantik milik Siska di atas tempat tidur.
"Hai, Mami, gimana penampilan Linda, cantik tidak?" tanya Linda meminta pendapat Mami Juwi.
"Perfect! Jangan kecewakan klien kamu, Sayang." Sorot mata Mami Juwi tampak menilai penampilan wanita cantik berambut sebahu itu.
"Pasti Mami!" jawab Linda dengan mantap.
"Kalau Siska, Mi. Bagus tidak pakai gaun yang dipegang Bening tadi?"
"Apapun yang kalian kenakan, kalian akan selalu terlihat cantik sayang-sayangku," puji Mami Juwita dengan senyum manisnya.
"Makasih Mami," ucap Siska dengan manjanya. Sementara Bening hanya diam menyimak pembicaraan mereka. Walaupun dalam hati gadis itu membenarkan apa yang dikatakan sang Mami barusan, karena memang semua penghuni rumah ini sangat cantik-cantik.
Kadang Bening berpikir bagaimana caranya Mami Juwita mengumpulkan mereka semua di sini. Apakah nasib mereka sama seperti dirinya, salah satu gadis beruntung yang sudah ditolong Mami Juwita. Kalau memang benar seperti itu, berarti Mami Juwita benar-benar orang yang sangat baik hati. Semakin kagum saja diri Bening kepada wanita cantik itu.
Setelah obrolan para wanita cantik di kamar Siska tadi. Sekarang Mami Juwita membawa Bening untuk masuk ke dalam kamar pribadinya. Kamar utama rumah ini, kamar yang paling luas dan mewah tentunya.
"Bening apakah kamu masih berniat untuk bekerja dengan Mami?" tanya wanita berbaju merah itu.
"Tentu Mami, Bening tidak mau hanya berpangku tangan dan menumpang gratis di rumah ini tanpa bekerja." Bening pikir ia akan diberi pekerjaan sebagai pembantu oleh Mami Juwita.
"Bagus! Mami suka prinsip hidupmu, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuktikan kata-katamu itu." Wanita cantik itu pun membuka lemari besar yang ada di dalam kamarnya. Ia mengeluarkan sebuah gaun indah berwarna maroon yang kemudian ia serahkan kepada Bening.
"Coba gaun ini sekarang!" titah Mami Juwita, sedangkan Bening hanya melongo karena merasa bingung.
"Kenapa Bening, kamu tidak suka gaunnya?"
"Bu-bukan begitu Mami tapi untuk apa gaun itu. Saya merasa tidak pantas mengenakan gaun seindah itu, bukannya saya hanya akan bekerja sebagai pembantu saja?"
"Siapa yang suruh kamu jadi pembantu, Bening? Gaun ini saya berikan karena ada hubungannya dengan pekerjaanmu nanti. Apa kamu tidak melihat bagaimana penampilan senior-senior kamu?"
"Maksud Mami sama seperti kak Siska dan kak Linda?"
"Iya seperti mereka dan yang lainnya karena kamu juga akan bekerja seperti mereka."
"Tapi saya akan kerja apa, Mi?" tanya Bening penasaran.
"Nanti juga kamu akan tahu, yang jelas pekerjaan itu sangat menyenangkan dan menghasilkan banyak uang. Sekarang kamu ganti pakaianmu dengan gaun ini," titah Mami Juwita seraya menyerahkan gaun yang ada di tangannya.
"Baik Mi." Bening menerima gaun itu dengan ragu-ragu kemudian berjalan ke arah kamar mandi.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya pintu kamar mandi terbuka. Keluar lah gadis cantik dengan gaun selutut model sabrina.
"Kamu cantik sekali, Sayang." Bola mata Mami Juwita membola melihat penampilan Bening saat ini.
"Makasih Mami," jawab Bening malu-malu.
"Sekarang kamu duduk di sini Mami akan make over kamu agar lebih cantik lagi," ucap Mami Juwita sembari menunjuk meja rias di sebelahnya.
Senyum smirk tampak terlihat dari bibir seksi wanita cantik yang biasa dipanggil Mami itu.
Bab. 16
Hotel.
Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit akhirnya Mami Juwita selesai juga mendandani gadis itu. Bening terperanga melihat pantulan sesosok bayangan di dalam cermin itu, yang tak lain adalah dirinya sendiri.
'Cantik sekali, apa benar itu aku?' batinnya berucap. Bukan bermaksud menyanjung atau memuji diri sendiri tapi itulah yang terlihat saat ini. Bahkan Bening tidak bisa mengenali dirinya sendiri.
Padahal itu hanya riasan simple dan natural. Apa karena selama ini ia tidak pernah berdandan, sehingga sekali berdandan akan terlihat berbeda.
Saat ini Bening tengah memakai gaun selutut model sabrina berwarna maroon pemberian Mami Juwita tadi. Rambutnya disanggul ke atas meninggalkan sedikit anak rambut ya dibiarkan menjuntai, hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Lengkap dengan riasan simpel agar tetap memperlihatkan sisi polos gadis itu.
"Menakjubkan Sayang. Lihatlah kamu benar-benar sangat cantik!" puji Mami Juwita sembari menangkup wajah cantik gadis itu dengan kedua tangannya. 'Dan kamu akan menjadi tambang emas untuk ku nanti,' lanjut Mami Juwita dalam hati.
"Terima kasih, Mami. Tapi apakah tidak berlebihan kalau Bening berdandan seperti ini?" tanya Bening seraya menarik gaun bagian atas yang agak terbuka, agar menutupi pundaknya.
"Hei kenapa berbicara seperti itu, Sayang?"
"Bening malu Mami," jawab Bening sembari menunduk.
"Kenapa harus malu, Sayang. Kamu cantik dan kamu berhak menunjukkan kecantikanmu kepada semua orang. Kamu hanya belum terbiasa saja. Nanti kalau sudah terbiasa kamu juga akan menikmatinya," ucap Mami Juwita sembari mengangkat dagu Bening. "Kamu harus percaya diri dengan apa yang sudah kamu miliki Bening," lanjut Mami Juwita.
"Iya Mami, Bening akan selalu mengingat nasehat, Mami."
"Bagus Sayang, itu baru anak Mami." Mami Juwita memberi sebuah kecupan singkat di kening Bening.
"Kita berangkat sekarang Sayang," ajak Mami Juwi kemudian menggandeng tangan gadis itu.
"Tapi kita mau pergi ke mana, Mami?" tanya Bening bingung.
"Ke tempat di mana kamu akan bekerja, Sayang." Senyum menyeringai yang Mami Juwita berikan, membuat Bening semakin bingung. Namun gadis itu tetap mengikuti langkahnya karena Juwita telah menarik tangan Bening.
Mobil yang membawa Bening dan Mami Juwita, telah berhenti di sebuah pelataran gedung yang sangat tinggi bertuliskan hotel XX.
'Kenapa Mami membawaku ke hotel, apa aku akan bekerja di tempat ini. Memangnya pekerjaan apa yang akan ku lakukan nanti?' Bening membatin.
"Mami kenapa kita ke hotel?" tanya gadis itu sebelum keluar dari mobil.
"Jangan terlalu banyak bertanya Bening. Ayo sekarang cepat keluar dari mobil, kita tidak boleh membuat klien menunggu terlalu lama."
"Tapi Mami-"
"Mami bilang apa Bening. Jangan terlalu banyak bertanya ikuti saja kata-kata Mami. Nanti juga kamu akan tahu sendiri!" potong Mami Juwita sebelum Bening melanjutkan ucapannya. Bening yang tidak mau membuat wanita itu marah, akhirnya mengikuti perintah Mami Juwita tanpa banyak bertanya lagi.
Lift membawa mereka menuju lantai teratas gedung ini. Setelah pintu lift terbuka mereka pun melangkah, memasuki sebuah koridor di mana terdapat banyak pintu berjejer di samping kiri dan kanannya. Suasana nampak sunyi hanya terdengar suara hentakan kaki dari bunyi sepatu heels yang berbenturan dengan lantai.
Mami Juwita menghentikan langkahnya di depan kamar nomor 6004, yang otomatis membuat Bening ikut menghentikan langkahnya. Setelah membuka pintu dengan menggunakan key card yang telah diberikan resepsionis tadi Mami Juwita mengajak Bening segera masuk ke dalam.
Bunyi nyaring terdengar dari dalam tas jinjing milik Mami Juwita. Terlihat wanita itu segera merogoh tas miliknya, untuk mengambil benda pipih yang terus berbunyi itu.
"Hallo!" Kata itu terdengar saat wanita cantik itu menempelkan ponselnya ke telinga.
Entah apa yang mereka bicarakan karena Mami Juwita tiba-tiba beranjak ke arah balkon, mungkin agar lebih nyaman bertukar suara dengan orang di seberang sana. Bening pun tak ambil pusing dengan apa yang dilakukan wanita cantik itu. Akhirnya ia lebih memilih duduk di atas sofa, sembari menunggu Mami Juwi selesai dengan urusannya.
"Bening Mami tinggal dulu sebentar ya, Sayang!" ucap Mami mengagetkan Bening, karena wanita itu tiba-tiba muncul padahal gadis itu tidak mendengar suara langkah kakinya.
"Mami mau pergi ke mana? Bening ikut ya Mi," tanya Bening khawatir karena ia takut ditinggal di tempat seperti ini sendirian.
"Mami hanya pergi ke kamar sebelah sebentar, Sayang. Kamu tunggu di sini saja."
"Tapi Bening takut Mami. Tolong jangan tinggalkan Bening sendirian," ucap Bening memelas.
"Jangan seperti anak kecil Bening, Mami akan pergi sebentar saja. Jadi tunggulah di sini!" titah Juwita tak terbantahkan.
"Tapi Mi-"
Tanpa peduli dengan protes Bening, Juwita tetap melangkah pergi meninggalkan gadis itu seorang diri di dalam kamar hotel.
Setelah kepergian Juwita, berbagai pikiran buruk berkecamuk menghiasi otak gadis itu. Sekarang ia hanya bisa berdoa semoga tidak ada hal buruk yang terjadi padanya.
Bening merasa gelisah karena Mami Juwita tak kunjung datang menemuinya kembali ke kamar di mana Bening berada. Hingga berbagai pikiran negatif kembali muncul dan berkecamuk di otaknya. Apakah ia dijebak? Karena Bening tidak senaif itu, untuk tidak mengetahui tempat apa yang sedang di tempatinya saat ini. Tetapi ia selalu membatah fikiran buruk tentang Mami Juwita karena Bening selalu berfikir bahwa wanita cantik yang telah menolongnya beberapa waktu lalu adalah wanita berhati malaikat.
"Mami ke mana sih. Kenapa lama sekali?" monolog Bening.
Ia terlihat tengah mondar mandir di dalam kamar yang terbilang luas ini. Sebelum ia dikagetkan dengan suara pintu yang terbuka dengan tiba-tiba.
"Itu pasti Mami." Bening tampak sumringah.
Akan tetapi mata indah Bening melotot sempurna, melihat siapa yang baru saja masuk ke dalam kamar di mana ia berada saat ini.
"Siapa kalian?!" tanya Bening kepada tiga pria asing yang berada di hadapannya saat ini.
"Silahkan ikut kami Nona!" seru salah satu dari pria yang berbadan tegap itu.
"Saya tidak mau, saya tidak mengenal kalian. Saya mau menunggu Mami saya di sini," tolak Bening.
Bening melangkah mundur saat salah satu dari mereka maju mendekati Bening.
"Stop! Berhenti di sana. Jangan mendekat!"
"Menurutlah Nona. Kami tidak akan mencelakai anda!"
"Tidak, aku tidak percaya dengan kalian. Aku tidak mengenal kalian. Jadi tolong pergilah dari sini!"
'Ya Tuhan apa yang orang-orang itu inginkan dari ku? Mami Juwita di mana? Tolong cepatlah kembali!'
Karena ingin mempersingkat waktu salah satu pria asing itu memberi kode kepada temannya. Mengerti dengan kode yang diberikan oleh temannya tadi ia pun segera mendekat ke arah Bening yang tampak sangat ketakutan kemudian menutup hidung gadis itu dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Hingga membuat Bening tak sadarkan diri.
"Cepat angkat dan bawa dia."
0 Comments