"Pelan-pelan, Sayang," ucap Sagara mengulurkan tangannya begitu pintu mobilnya terbuka. Mereka telah sampai di sebuah gedung pencakar langit yang asing bagi Kenanga.
Wanita itu turun perlahan sambil memegangi perutnya. Digenggamnya erat tangan Sagara dan mereka berjalan menuju lift yang ada di sudut parkiran basedment.
"Mau ketemu klien?"
"Kau akan segera tahu, Istriku," balas Saga melingkarkan tangannya di pinggul Kenanga yang terasa padat. Beitu angka menunjukkan lantai sepuluh, lift berhenti dan Sagara menuntun istrinya keluar dari lift.
"Apa kamu sering kemari?"
"Ya, akhir-akhir ini." Sagara membukakan pintu yang terletak tepat di ujung koridor. Dari luar kelihatan tak perpenghuni tapi di dalam suasana begitu riuh. Begitu hidup. Dan hanya sekalimoihat saja Kenanga bis tahu bahwa ruangan itu adalah studio foto. Banyak pencahayaan dan model-model yang sedang bergaya di depan kamera.
"Boooos!" sapa seorang pria dengan suara kemayu padahal dari segi fisik, tubuhnya terlihat atletis dan dandanannya necis. "Ihhh ... ke mana aja, sih? Ditungguin, tauk!"
"Bagaimana persiapannya?" tanya Saga dengan suaranya yang berat dan terdengar berwibawa.
"Kacau kacau kacau! Juned bilang Berlian tidak mau lagi bekerjasama dengan kita. Duuuuhhh ... padahal susah payah eike ngerayu dia supaya balik dari Paris!"
"Cari saja model baru."
"What? Cari model baru? Bos kira kita lagi nyari kerupuk? Satu-satunya yang terlihat cocok dengan rancangan eike cuma dia. Auranya terlihat bersinar dan eike sudah kenal dia dari jaman batu!" cerocos Milan, seorang designer sekaligus teman Sagara yang saat ini bekerjasama dengan perusahaannya dalam proyek terbaru.
"Aku tidak peduli dengan kesusahanmu. Yang jelas, produk kita harus launching sesuai jadwal."
Milan mengibaskan kipas di tangannya dan melipatnya lalu memukul dada bidang Saga. "Egois, deh! Seperti biasa!" celoteh Milan gemas karena Sagara begitu keras kepala. Namun, saat melihat sesosok Kenanga yang sejak tadi berdiri di samping Saga, mata Milan tiba-tiba bersinar cerah. Apalagi melihat wajahnya yang blastern, tinggi semampai, terlebih lagi perutnya yang melembung!
"Oh my gosh oh my gosh hunny, bunny, sweety! Siapa ibu hamil cantik yng satu ini? Ye mau gak cyin jadi model terbaru produk baru gue?"
Model? Kenanga menatap bingung. Mana ada model dengan perut melembung begini? Pikirnya bingung.
Sementara itu, Milan masih saja bicara tanpa berhenti. "Eike dapat ide, Bos! Kenapa tidak dia aja yang jadi model? Daripada mencari model yang disuruh pura-pura hamil, kenapa tidak memakai model ibu hamil beneran? Ya, kan? Eike memang briliant! Gimana, Cyin? Ye mau, kan?"
Milan memegangi tangan Kenanga yang masih belum bisa menangkap apa yang sedang terjadi.
Tak terima melihat tangan lelaki lain menyentuh tangan istrinya, buru-buru Saga menyingkirkan tangan Milan dan menarik tubuh Kenanga dalam peluknnya. "Dia adalah istri Bosmu. Jaga sikapmu atau akan kukembalikan lagi kau ke Paris!"
Istri? Ya, Tuhan! Milan langsung memegangi tangan Saga dan bersikap manja. Dia memang tahu Sagara telah menikah, tapi dia tidak tahu Kenanga adalah istrinya. Di mata Milan, Kenanga adalah perempuan yang sempurna. Dia bahkan lebih cantik dari Berlian dan terlihat lebih alami.
"Jsngan balikin eyke ke Paris, Bos. Nanti eike jadi gelandangan lagi. Jangan ya, Bos!"
"Kalau begitu, carilah model lain. Tubuh istriku bukan untuk konsumsi umum."
"Tapi, Bos! Eike yakin ustri ye berbakat. Toh produk kita kali ini baju hamil."
Baju hamil? Akhirnya Kenanga tahu sekarang. Jadi, suaminya mulai mencoba terjun ke dunia fashion dan yang dicobanya adalah pakaian ibu hamil?
"Saga ...." Kenanga menatap suaminya penuh harap. "Biarkan aku mencobanya. Aku tidak mau peluncuran produk terbarumu tertunda."
Ah, sial! Kalau istrinya sudah bicara dan menatapnya degan berkaca-kaca dan penuh harap, Sagara tak kuasa menolaknya.
"Baiklah. Tapi jangan memaksa."
Tanpa banyak bicara lagi, Milan mengajak Kenanga ke ruang ganti untuk didandani oleh tenaga profesional. Begitu wajah dan rambutnya dipoles sedemikian rupa, Milan membawakan baju hamil untuk dikenakan Kenanga. Karena ingin membantu suaminya, Kenanga tak mengeluarkan nada protes apa pun tentang baju yang akan dikenakannya.
"Ganti di dalam ya, Cyin. Eike bakalan panggil si Bos untuk melihat bahwa pilihan eike gak salah!" Milan bergegas memanggil Saga agar masuk ke ruang ganti. Sementara dirinya sendiri mengarahkan kru pemotretan untuk bergegas.
Di ruang makeup itu tak ada siapa pun selain Saga yang duduk di sofa. Sementara Kenanga sendiri melihat bayangannya di cermin dengan canggung. Baju hamil yang dikenakannya sebenarnya baju tidur khusus untuk ibu hamil. Bahannya begitu halus dan terasa nyaman. Tapi, terlalu seksi untuk dijadikan baju hamil. Dada Kenanga terlihat semakin besar dan penuh. Oh, ya Tuhan! Entah apa yang dipikirkan suamiku sampai-sampai dia membuat baju seperti ini! Pikir Kenanga malu.
Dengan malu-malu, Kenanga melangkah keluar ruang ganti pakaian. "Bagiamana menurutmu?" tanyanya pada Saga yang memperhatikannya tanpa berkedip.
Lelaki itu menarik napas dalam-dalam. Kenanga terlihat begitu cantik, begitu seksi, dan begitu menggairahkan! Tanpa berkata apa-apa, lelaki itu keluar dari ruang makeup dan langsung menghampiri para kru.
"Keluar kalian semua! Batalkan semua pemotretan hari ini! Mulai sekarang, kita hanya akan memakai fotografer perempuan. Semua kru harus wanita! Jika ada laki-laki di ruangan ini, aku sendiri yang akan menendangnya keluar!"
0 Comments