Bab. 64
Ingatan masa lalu.
"Apa kau sudah mendapat apa yang aku perintahkan?" tanya pria yang masih terlihat gagah di usianya saat ini.
"Sudah Tuan. Semua informasi lengkapnya ada di dalam amplop coklat ini!" jawab sang asisten sembari meletakkan amplop di tangannya ke atas meja.
Pria yang sejak tadi berdiri memandang keindahan kota melalui jendela kaca ruangannya kini beralih menuju singgasana-nya.
"Kita lihat apa saja yang telah kau dapatkan untuk ku!" ujar sang Tuan setelah mendaratkan dirinya di atas kursi kebesarannya.
"Beliau saat ini tinggal bersama dengan sahabat sewaktu kuliahnya dulu, yang sekarang berprofesi sebagai seorang germo."
Tuan Jordan yang mendengar penjelasan dari asistennya tampak mengangkat sebelah alisnya. Kemudian berkata-
"Lanjutkan!"
"Mereka bertemu lagi sebulan yang lalu setelah belasan tahun berpisah, karena Nyonya Sandra meninggalkan kota ini dan menikah dengan seorang buruh pabrik tekstil. Sekarang Nyonya Sandra sudah menjadi janda karena suaminya sudah meninggal satu tahun yang lalu. Dari hasil pernikahan itu, mereka telah di karuniai seorang putri. Tapi sampai saat ini kami belum mendapat informasi apapun mengenai putrinya itu."
"Maksudmu? Apa Sandra tinggal terpisah dengan putrinya itu?"
"Sepertinya hal itu benar Tuan. Karena info yang kami terima Nyonya Sandra tinggal seorang diri di desa itu sebelum kembali ke kota ini."
'Hemm, apa kepergian Sandra ada hubungannya dengan peristiwa malam itu. Tapi kenapa ia harus menikah dengan pria asing. Bukankah dulu ia sudah memiliki seorang kekasih?!'
"Baiklah, kau bisa keluar sekarang. Lanjutkan pekerjaanmu!"
"Baik Tuan. Permisi!"
Setelah kepergian John dari ruangannya. Tuan Jordan tampak termenung mengingat kilasan kejadian belasan tahun silam.
Saat itu-
Seorang mahasiswi tingkat akhir sedang menyiapkan diri untuk menghadiri ulang tahun perusahaan tempatnya magang.
Terhitung sudah tiga bulan lamanya gadis bernama Sandra Abraham itu menjalani praktek kerja nyata di sebuah perusahaan raksasa yang bernama Ramiro group.
Perusahaan yang paling diminati oleh para calon pekerja untuk bisa menjadi salah satu pegawainya. Karena sudah dipastikan bisa menjanjikan masa depan dan kesejahteraan hidup.
Sebenarnya Sandra sangat enggan untuk menghadiri acara pesta seperti itu, karena bisa dikatakan Sandra termasuk anak rumahan dengan segudang prestasinya. Dan karena prestasinya itu pulalah yang membuat pihak kampus merekomendasikan perusahaan sekelas Ramiro group untuk ia magang.
Namun, demi untuk menghargai para seniornya di kantor. Sandra akhirnya menerima ajakan untuk menghadiri acara tersebut.
Di sebuah hotel bintang lima, yang merupakan salah satu properti milik Ramiro group adalah tempat pesta perusahaan dilangsungkan.
"Hai San!" sapa salah satu senior di tempat magangnya.
"Kak Rosa!"
"Sendirian aja kamu?" tanya Rosa sembari melihat sekeliling memastikan apakah gadis itu datang seorang diri.
"Tadi datang bareng Iyan Kak. Tapi entah pergi ke mana anak itu sekarang!" jawab Sandra acuh.
"Ya udah kamu gabung aja di sini sama kita," tawar salah satu teman divisi yang juga merupakan seniornya.
"Boleh kak. Makasih udah boleh gabung."
Kini Sandra ikut duduk di antara mereka. Dengan posisi melingkar menunggu acara dimulai karena masih menunggu para petinggi perusahaan yang masih belum hadir.
"Cobain minuman ini San. Ini enak banget," tawar Riko salah satu dari mereka sembari menyodorkan minuman berwarna merah ke hadapan Sandra.
"Ini bukan alkohol 'kan kak? Soalnya Sandra nggak bisa minum alkohol," jujur Sandra.
"Hwa ... ha ... ha ... ha ...!"
Semua teman yang berada di meja itu kompak tertawa melihat kepolosan Sandra. Hingga membuat Sandra menunduk malu.
"Eh sorry San, kita nggak bermaksud-" ucap salah satu dari mereka setelah melihat perubahan mimik wajah Sandra.
"Iya San maafin kita ya! Abisnya kamu lucu banget sih. Lagian minuman ini nggak ada alkoholnya sama sekali kok."
"Bener San. Mana mungkin kami tega ngasih kamu alkohol."
"Kalo yang beralkohol kayak gini nih!" tunjuk Rosa sembari mengangkat minuman milik Jefri.
"Iya deh. Sandra minum ya kak."
Tanpa menunggu lama Sandra akhirnya menandaskan minuman yang disodorkan teman-temannya tadi.
Ya, memang selugu itu Sandra dulu. Sebelum menjelma menjadi perempuan liar seperti saat ini.
Pengaruh pergaulan di tempatnya magang sedikit banyak membuat Sandra yang polos menjadi gadis liar yang suka keluar masuk kelab malam. Bahkan alkohol yang dulu sempat dijauhinya kini telah menjadi temannya sehari-hari.
Namun Sandra akan kembali menjadi gadis lugu dan polos saat berada di lingkungan kampus dan keluarganya.
"Haus apa doyan Buk," ledek salah satu dari mereka.
"Sekali-kali coba alkohol lah. Biar asik hidup loe," ujar Noura yang baru saja ikut bergabung dengan mereka.
"Tapi Sandra nggak bisa Ra!" saut Rosa.
"Nggak bisa karena belum terbiasa. Makanya cobain," paksa Noura.
"Maaf kak, aku nggak bisa!" tolak Sandra.
"Cih, cemen loe! Ayo sedikit saja." Naura masih tetap pada pendiriannya agar Sandra mau menenggak bir yang ada di tangannya.
"Ra, jangan dipaksa donk. Kasian Sandra!"
"Udah loe diem aja. Berisik banget sih. Nih cepet minum!"
Mau tidak mau akhirnya Sandra pun meminum gelas yang disodorkan Naura ke depan mulutnya.
Rasa pahit dan sensasi terbakar Sandra rasakan saat minuman itu meluncur di tenggorokannya.
"Gimana, enak 'kan?"
"Pahit kak, nggak enak!"
Itulah awal mula si gadis lugu, Sandra mengenal alkohol dan sejenisnya.
"Kak, aku permisi ke toilet dulu!" Sandra beranjak dari duduknya dengan terburu-buru, hingga di lorong menuju ke arah toilet ia tak sengaja menabrak seorang pria tampan.
Brukk-
"Maaf saya tidak sengaja!"
Sandra pun mengangkat kepalanya untuk melihat sosok yang baru saja ditabraknya.
"Tuan, anda?!"
Dialah Jordan Smitt Ramiro pewaris tunggal kerajaan bisnis Ramiro group.
"Maaf, maafkan saya. Tadi saya terburu-buru," ucap Sandra sembari melipat kedua telapak tangannya di depan dada.
Tanpa mengeluarkan suara apapun Jordan langsung pergi meninggalkan gadis itu begitu saja.
'Cih sombong banget. Mentang-mentang bos!' umpat Sandra dalam hati.
Setelah pertemuan malam itu Sandra merasa ada yang aneh dengan pandangan pemilik perusahaan tempatnya magang itu, jika mereka tidak sengaja bertemu di kantor.
Tatapan misterius yang sulit untuk diartikan. Atau mungkin ini hanya perasaannya saja.
Hingga pada suatu malam saat Sandra baru saja keluar dari sebuah kelab, tempatnya bersenang-senang dan menghilangkan penat akibat pekerjaan dan tugas akhir kuliah.
Ada sebuah mobil hitam berhenti tepat di depannya saat Sandra berniat untuk mencari taksi.
Grepp-
Salah satu penumpang mobil hitam itu turun dan membekap hidung Sandra dengan sapu tangan yang sudah diberi obat bius.
Setelah memastikan keadaan sekitar aman, orang tersebut memasukkan Sandra ke dalam mobil dan membawanya pergi dari tempat itu.
Setelah beberapa saat lamanya Sandra perlahan mulai sadar dari pingsannya. Matanya tampak mengerjap menyesuaikan dengan cahaya yang ada.
"Dimana aku?!"
Ekor mata Sandra menyapu seisi ruangan yang tampak asing baginya.
"Kau sudah bangun!"
Degh-
Suara serak dari pria yang duduk di sofa hitam tak jauh darinya membuat Sandra tersentak kaget.
"A-anda! Ba-bagaimana bisa sa-saya berada di sini?!"
Perlahan namun pasti langkah panjang pria itu berjalan mendekat ke arah Sandra terbaring.
'Ada apa ini. Kenapa tubuhku tidak bisa digerakkan. Apa yang terjadi?'
Melihat pria itu terus mendekat membuat Sandra beringsut ketakutan dan berniat melarikan diri tapi tubuhnya terasa kaku.
"Tuan Jordan, apa yang ingin anda lakukan?!" tanya Sandra was-was.
"Tentu saja aku menginginkan dirimu!"
"Jangaaannnn ...!"
0 Comments