Bab. 13
Tertabrak mobil.
"Kakak kenapa?" Bening mengarahkan pandangannya kepada seorang anak laki-laki di depannya.
"Tas kakak diambil orang," jawabnya lemas.
"Kakak baru ya di kota ini, nama kakak siapa?"
"Bening, nama kamu?"
"Oh kak Bening nama ku Adi, Kak. Hidup di kota besar seperti ini tidak mudah Kak. Banyak orang jahat di sekitar kita. Siapa yang kuat dia yang menang, kalo nggak gitu nggak makan. Hidup ini keras Kak," ucap Adi dengan sok tau-nya.
"Iya kakak mengerti, kamu tinggal di mana, Di?"
"Di sana di bawah jembatan," jawab Adi sembari menunjuk fly over yang tak jauh dari mereka berada saat ini.
"Apa kamu juga bekerja seperti anak-anak itu?" tunjuk Bening ke arah lampu merah di mana ada banyak anak kecil yang mengamen di sana.
"Ngamen maksud kakak?"
"Emm iya!"
"Iya Kak aku juga pengamen sama seperti mereka, itu pekerjaan kita sehari-hari."
"Kalian tidak sekolah?"
"Hahahahaha ...!" Bening tampak mengernyit bingung melihat Adi tertawa karena pertanyaannya.
"Hidup kita cuma buat cari uang, Kak. Bagaimana caranya agar tetap bertahan hidup. Jadi sekolah itu cuma omong kosong."
"Oh__" Bening mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapi penjelasan Adi baru saja.
"Kak Bening pasti belum makan, ini ada roti buat Kakak." Adi menyerahkan sepotong roti kepada Bening.
"Tapi-"
"Udah Kak ambil aja, aku tau Kak Bening lapar."
"Makasih ya Di, memang sejak pagi Kakak belum makan."
"Iya Kak sama-sama."
Matahari sudah berganti bulan saat Bening memutuskan untuk ikut pulang bersama Adi. Setidaknya malam ini ia punya tempat untuk berteduh.
Tetapi langkah mereka terhenti saat ada tiga orang preman yang menghadang jalan mereka dengan seringai iblis di wajahnya.
"Mau ke mana, Manis? Sini yuk temani Abang bersenang-senang."
Bening dan Adi melangkah mundur saat preman-preman itu bergerak maju ke arah mereka berdiri.
"Mau apa kalian?! Jangan macam-macam atau aku akan teriak!" gertak Bening dengan tatapan siaga, hingga membuat preman-preman itu terkekeh dibuatnya. Seakan gertakan Bening tadi terdengar lucu di telinga mereka.
"Jangankan cuma teriak, Sayang. Bahkan nanti kau juga bisa mendesah, Cantik!" ucap salah satu preman seraya mengusap-usap bibirnya sendiri sembari menatap Bening dengan penuh minat.
"Betul! Abang tadi 'kan sudah bilang mau ajak kamu senang-senang, Sayang!" ucap salah satu preman hendak meraih tangan Bening tetapi Bening langsung menghindar.
"Jangan ganggu Kak Bening! Kalau Abang mau uang ini ambil aja!" seru Adi seraya menyerahkan beberapa lembar uang kertas.
"Cih! Gue nggak butuh recehan dari anak ingusan kayak loe. Kita maunya senang-senang sama kakak loe yang cantik itu. Iya nggak Bro?" Salah satu preman tadi berbicara sambil mengedip kan matanya memberi isyarat kepada kedua temannya.
"Yoi bro, malam ini kita pasti akan puas," jawab pria bertato itu sambil menatap lapar ke arah Bening.
"Jangan macam-macam kalian. Jangan mendekat, pergi!" teriak Bening saat tiga orang pria bertubuh tinggi besar itu terus mendekat ke arahnya.
Tanpa aba-aba seorang pria gondrong menarik kuat lengan Bening dan lengan tangan satunya dipegang oleh pria bertato. Sedangkan preman yang lainnya berdiri di depan Bening, dengan mencengkeram kuat dagu runcing Bening hingga memerah yang membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Lepaskan aku!" desis Bening
"Lepas ... lepas ... lepasin kak Bening." Adi memukul-mukul punggung salah satu preman hingga membuatnya kesal. Kemudian preman itu membalas memukul Adi sampai jatuh tersungkur di atas tanah. Padahal pukulan yang diberikan anak kecil seperti Adi, tidak lah berpengaruh apa-apa untuk preman bertubuh tinggi besar seperti mereka. Tetapi sangat menggangu menurutnya.
"Adii-!" teriak Bening panik saat melihat Adi terjatuh dan meringis kesakitan.
"Kalian bajingan beraninya memukul anak kecil!" Marah Bening tak terima. Hal itu semakin membuat ketiga preman itu menyeringai lebar.
"Semakin galak semakin cantik, benar-benar menggairahkan," ucap pria yang memukul Adi tadi.
"Gue udah nggak sabar ngerjain nih cewek." Pria bertato itu berbicara sambil menelan ludahnya.
"Gue duluan!" ucap salah satu preman dan diangguki dua preman yang lainnya.
Bening hanya Bisa menangis dan merontah walaupun tak banyak membantu karena usahanya seakan sia-sia. Sedangkan cengkraman tangan kedua orang preman di kanan dan kirinya semakin kuat saja. Bahkan Adi masih terduduk di tanah sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit akibat pukulan preman tadi.
"Aww- asshhh ... bangsat!" teriak kesakitan preman yang berdiri di depan Bening.
Saat Bening akan diseret menuju gedung kosong yang tak jauh dari tempat itu. Dengan tiba-tiba Bening melayangkan tendangan maut tepat ke arah selangkangan sang preman. Saat pria itu kesakitan akibat tendangan mautnya. Bening langsung menggigit bahu preman yang memegangi lengan sebelah kirinya, sedangkan Adi tak menyia-nyiakan kesempatan untuk ikut menggigit tangan preman satunya lagi. Akibat serangan mendadak yang diberikan Bening dan Adi akhirnya kedua preman itu melepaskan tangan Bening dan kesempatan ini digunakan mereka untuk kabur.
"Adi lari!" seru Bening setelah terlepas dari cengkraman preman-preman itu.
Mereka berdua pun lari secepat mungkin ke arah jalan raya.
"Bangsat!"
"Kurang ajar mereka lari!"
"Goblok, cepat kejar!"
Ketiga preman itu pun berlari mengejar Bening dan Adi yang sudah melesat jauh ke depan. Tapi Bening harus terpisah dari Adi karena Bening berlari ke arah jalan besar sedangkan Adi masuk ke dalam sebuah gang. Tentu saja Adi lebih tau seluk beluk daerah ini hingga ia tau di mana tempat yang pas untuk ia bersembunyi.
Lain hal nya dengan Bening yang masih terasa asing dengan daerah ini, karena baru sehari dia tiba di kota besar ini. Dia hanya berlari sekencang-kencangnya untuk menghindari kejaran para preman tadi, tanpa tau arah dan tujuan. Hingga ia tak menyadari ada mobil yang datang dari arah yang berlawanan dan-
Brukkk....
Tubuh Bening terpental ke belakang karena tubuhnya dihantam sebuah mobil.
"Astaga Nyonya, saya nabrak orang!" ucap pengemudi mobil tadi kepada orang yang duduk di jok belakang dengan raut wajah panik.
"Ya sudah cepat turun dan lihat sana," jawab seseorang yang tengah duduk di kursi belakang.
"Ba-baik, Nya." Dengan segera pria itu membuka pintu mobil dan keluar melihat siapa orang yang sudah ditabraknya.
Sedetik kemudian kerumunan orang sudah memenuhi jalan di mana Bening tergeletak tak berdaya dengan bersimbah darah.
"Ada yang ketabrak."
"Kasihan sekali."
"Iya kasihan, masih muda lagi."
"Siapa yang ketabrak?"
Begitulah kasak kusuk kerumunan orang-orang yang mengerubungi Bening.
"Maaf, permisi saya mau lihat. Saya yang tidak sengaja menabraknya," ucap sang sopir membelah kerumunan.
Seorang wanita terlihat turun dari mobil dan berjalan mendekat ke arah kerumunan orang-orang.
"Cepat masukkan ke dalam mobil. Saya mau bawa dia ke rumah sakit," titah wanita itu kepada sopirnya.
"Bapak-bapak bisa tolong saya mengangkatnya ke dalam mobil."
"Iya, ayo bantu angkat."
"Hati-hati awas kakinya."
Setelah Bening dimasukkan ke dalam mobil orang yang menabraknya tadi. Mobil pun kemudian melesat membelah jalanan menuju rumah sakit terdekat. Sedangkan preman yang mengejar Bening tadi hanya bisa melihat kejadian itu dari kejauhan, sampai mereka memutuskan untuk pergi dari tempat itu karena mereka merasa sudah gagal untuk menikmati tubuh Bening malam ini.
0 Comments