Sampai tujuan, Roy mengumpat kesal karena yang ia temukan di tempat itu hanya jam tangan Gera yang tergeletak sembarangan.
"Bullshit! Luis, jangan mencoba menipuku!" Roy menggeram marah dan menuduh Luis.
"Maaf, Bos. Bagaimana saya bisa menipu Anda, sedang sejak tadi Anda bersama saya." Kilah Luis mencari alasan. Memang bukan dia yang menaruhnya. Ia sempat meminta bantuan David tadi sementara mengalihkan Roy.
"Bos, bukankah ini tidak jauh dari rumahnya Pak David. Bisa saja Gera lewat dan jam itu terjatuh olehnya." Ekspresi Roy berubah drastis.
"Iya. Aku harus menemukan Geraku. Kita ke rumah Pak David, aku ingin meminta maaf darinya. Kali saja Gera ada di sana." Ujar Roy tergesa-gesa.
Sebenarnya Luisa sangat prihatin melihat Bosnya yang mencari Gera. Ia ingin sekali memberitahu keberadaan Gera tetapi Nek Rita menyuruhnya untuk tetap diam. Demi kebaikan mereka dan perubahan Roy.
"Luis, apa menurutmu benar Gera sedang mengandung?" Celetuk Roy mengundang tatapan Luis.
Luis mengangguk. "Bisa saja benar, Bos. Seperti yang dikatakan oleh saudara kembar saya. Selama bersama Luisa, Gera mudah lelah dan sering muntah tak kenal waktu." Ujar Luis menjelaskan.
"Aku sangat menyesal karena tidak berpikir dua kali. Aku benar-benar bodoh!" Gumamnya lirih.
'Kau memang bodoh, sialan! Kau menyia-nyiakan teman baikku hingga mengkhianatinya yang sedang mengandung anakmu. Kau memang bajingan!' Luis membatin. Andai saja Roy bukan Bosnya, sudah ia umpati sepuas hatinya.
"Sabarlah, Bos. Jika Anda mau merubah diri, mungkin Tuhan akan mempermudah semuanya." Cetus Luis tanpa melihat ke arah Roy.
Kata-kata Luis seakan menampar dirinya. Benar yang Luis katakan.
Mereka sampai dan masuk lewat pintu depan. Karena gerbangnya otomatis, jadi Luis menelpon David agar membukakan mereka gerbang canggih itu.
"Ternyata kau punya nomornya Pak David." Sindir Roy dingin.
"Maaf, Bos. Beliau sudah meminta saya untuk menghubunginya saat Gera pergi bersama Luisa." Jawab Luis canggung.
Gerbang itu terbuka lebar menyambut mobil mereka. Pelayan-pelayan di sana menyambut sopan dan tunduk.
"Kenapa mereka sangat menghormatiku?" Gumam Roy.
"Anda mau tahu kenapa?" Tanya Luis berniat memberitahu Roy. Si Bos mengangguk antusias.
"Pak David masih menganggap Anda sebagai anak dari kerabat dekatnya. Seperti anaknya sendiri. Dia sangat merindukan Anda yang dulu. Anda yang menjelma sebagai malaikat kecil yang menggemaskan. Itu yang beliau katakan pada saya waktu itu." Tutur Luis. Tanpa sadar, Roy tersenyum tipis mendengar itu.
Memang begitu, saat Roy masih kecil dan David belum memiliki anak, dia dan mendiang istrinya selalu berkunjung mencari Roy hampir setiap hari.
"Selamat datang, Luis. Dan juga kau, Roy." Ujar David yang sudah menunggu di depan pintu utama.
Sebisa mungkin Roy mengatur napasnya yang saat ini gugup. David sangat baik padanya. Senyum hangatnya mengingatkan Roy pada mendiang Papanya.
"Pak David, aku ke sini untuk meminta maaf atas sikap kasarku selama ini." Ujar Roy.
"Duduk dulu. Kau bisa berbicara sepuasnya nanti." Ujar David menggandeng dua pria muda itu. Ia tidak mau membeda-bedakan antara Roy dan Luis. Pasalnya, Luis adalah teman Gera.
Sikap Roy masih sangat canggung. Tentu saja begitu, rasa bersalah masih menyerubungi dirinya.
"Bapak sudah memaafkanmu. Jangan terlalu canggung, Roy. Kau juga anakku." Ujar David dengan senyum khasnya yang sangat hangat.
"Kau sangat baik. Tetap seperti yang dulu." Cicit Roy lirih. Ia sangat malu pada dirinya sendiri.
"Jangan memanggil Bapak. Kau bisa memanggilku Papa. Luis dan Luisa juga sudah seharusnya memanggilku Papa. Aku ingin punya banyak anak!" Tutur David tertawa renyah. Luis dan Roy tersenyum mendengarnya.
"Terima kasih. Suatu kehormatan bagi saya menjadi teman anak Anda, Pak." Cetus Luis.
"Jangan terlalu sopan, Luis. Aku tidak begitu suka. Kau panggil aku Papa. Papa." Ujar David menekan kata Papa agar Luis menerapkannya.
Roy menatap dalam pada diri David. Ada banyak kerinduan dalam hatinya. Dan ada banyak sekali wujud yang bisa ia lihat dari wajah David. Ia bisa melihat diri Papanya, dan tentu saja Gera di sana.
"P-Pa, dimana Gera?" Tanya Roy terbata-bata. Ia masih canggung memanggil David dengan sebutan Papa.
Ditanya begitu, David melotot. "Luis, bukankah Gera bersama dengan Luisa?" Tanya David panik.
"Ma-maaf, Pa. Luisa kehilangan Gera saat ada penggerebekan di sini. Kami masih dalam upaya mencarinya.
David terkejut dan memegang dadanya. Cemas seketika melingkupi dirinya. Dimana Gera?
"Pa, maafkan aku. Aku yang salah di sini. Aku janji akan menemukan Gera secepat mungkin. Aku akan mengerahkan semua anak buahku untuk mencari Gera." Sela Roy panik melihat respon David yang seperti itu.
David hanya mengangguk dengan wajah murungnya. Ia sangat sabar. Tentu saja ia merasa sangat sedih. Putrinya itu memang keras kepala dan tidak gampang dikelabui. Dia sangat cerdik dan sederhana.
Ia merindukan masa-masa ketika Gera menolak pemberiannya. Gera adalah gadis penurut namun juga pemberontak. Ia sangat anti dengan pemberian dari David berupa sesuatu yang mewah. Itu semua ia ceritakan pada Roy. Membuat pria itu semakin kagum dan jatuh cinta pada sosok Gera. Sosok wanita yang kini tengah mengandung anaknya.
"Aku benar-benar menyesal, Pa. Tolong maafkan aku." Pria dingin itu memelas pada David. Luis yang melihatnya terenyuh. Jika mulutnya seperti mulut wanita, mungkin ia sudah membeberkan dimana keberadaan Gera.
Tiga pria itu menghadap belakang menoleh ke arah suara tepukan melihat siapa yang bertepuk tangan di atas kesedihan mereka.
"David, kau harus bertanggung jawab atas anak dalam kandunganku jika kau ingin anak sialanmu yang menyusahkan itu selamat. Aku benar-benar tidak akan diam." Ancam Dewi. Luis hampir saja tertawa. Rupanya wanita ini berniat menipu semua orang.
"Apa maksudmu?!" Tanya David panik.
"Dimana Gera?!" Teriak Roy membentak Dewi. Namun wanita itu hanya tersenyum licik.
"Dia aman bersamaku. Asalkan satu dari kalian mau bertanggung jawab menjadi Ayah dari anakku." Ancam Dewi.
"Pa, jangan bilang Papa sudah menyetubuhi wanita menjijikkan ini!" Tuduh Roy. David mengangguk malu.
"Pa, sebaiknya Papa lebih teliti lagi jika ingin berhubungan. Aku tidak percaya itu anak Papa. Dia bersetubuh dengan banyak pria. Dan kemarin wanita ular ini malah memintaku untuk menyetubuhinya dengan alih-alih memiliki anak bersamanya." Tutur Roy.
"Bitch! Untung saja Nenek datang menyelamatkanku. Jika tidak, aku akan termakan tipuan busuknya itu." Seru Roy berapi-api.
"Jangan banyak cakap, Roy! Kau tak tahu apa-apa! Lebih baik kau diam!" Bantah Dewi tak mau kalah.
"Mengalahlah, David! Demi anakmu!" Ujar Dewi lagi.
"Dasar wanita murahan! Kau hanya mengincar orang lemah demi kepuasan materimu! Jangan mau menurutinya, Pa!" Suruh Roy dengan emosi yang mencuat.
David nampak bingung. "Tapi bagaimana dengan Gera, Roy?" Tanya David cemas.
"Pa, sekali lagi aku ingatkan, jangan percaya pada wanita licik ini!" Peringat Roy.
Dewi mendekati Roy. "Diam kau, brengsek! Jangan ikut campur! Just shut up your fucking mouth!" Teriak Dewi di depan wajah Roy. Roy mengangkat tangannya ingin memukul wajah Dewi. Namun Luis berhasil menahannya.
"Tahan, Bos. Jangan terpengaruh." Bisik Luis.
"Maaf saya ikut campur, Nona." Celetuk Luis di tengah perdebatan mereka.
"Pa, yang Bos Roy katakan itu benar. Jangan percaya omongan licik wanita ini. Dia hanya memanfaatkan suasana saja. Kita bisa mencari Gera dengan cara yang benar. Dan saya yakin 100% Gera saat ini aman." Tambah Luis berusaha meyakinkan David.
"Bagaimana caranya, Luis? Aku benar-benar bingung dan cemas. Wanita ini semakin membuat pikiranku runyam." Ujar David dengan wajah kusutnya.
Kini Luis yang mendekati Dewi. "Nona, apa kau yakin itu anak dari Pak David?" Selidik Luis seraya mengitari tubuh wanita itu.
"Ten-tentu saja aku ya-yakin." Jawabnya terbata-bata.
"Tenanglah. Kau sangat gugup." Sindir Luis yang menyadari kalau Dewi memang sedang gugup.
Wanita licik itu berusaha menyembunyikan ekspresinya. Ia salah sasaran. Yang ia lawan adalah pakar ekspresi sehandal Luis. Pilihan yang salah.
"Jika kau memang yakin, tolong beri kami Gera dan Pak David akan menikahimu dan menjadikanmu ratu di rumah mewah ini." Ujar Luis tak tahu harus berbuat apalagi.
"Sialan kau! Dia harus menikahiku dulu baru bisa membawa anaknya yang sangat menjadi pengganggu itu." Pekik Dewi geram. Ia berusaha mengancam lalu membuat persetujuan yang merugikan pihak.
"Tidak seperti itu. Pak David tidak berbelanja padamu. Tapi mengajakmu untuk bertukar. Gera kembali bersamamu kemari, dan Pak David akan bertanggung jawab atas anak itu." Ujar Luis tenang.
David panik bukan main dengan apa yang Luis janjikan pada wanita sialan itu. Namun Roy mengangguk meyakinkan David. Roy sangat percaya pada Luis. Ia sudah tahu kemampuan seorang Luis seperti apa.
"Ba-baiklah jika itu yang kalian mau. Aku akan membawa Gera kemari." Jawab Dewi dengan wajah tenangnya yang menyimpan beribu beban tak terlihat.
"Oke. Aku akan menunggumu di sini bersama Papa dan Luis. Kami akan menunggu kehadiran Gera dan merayakan pernikahan kalian." Ujar Roy membuat David melotot kaget.
Dewi mengangguk. Ia menerima tantangan dari Roy dan Luis. Namun yang merasa di beratkan di sini adalah David sendiri. Jika benar Gera bersama wanita itu, dia harus menikahi wanita ular yang sama sekali tidak ia cintai itu.
"Pa, tenang saja. Jangan cemas. Aku yakin Gera tidak bersama wanita itu. Dia hanya mengada-ngada agar Papa mau bertanggung jawab atas dosanya." Roy berusaha menenangkan David yang panik bukan main.
Pikiran David semakin runyam. Ia bingung harus bagaimana. Dirinya benar-benar dipertaruhkan. Wanita itu benar-benar nekad. Wanita itu gila!
"Bagaimana aku bisa tenang?! Jika wanita itu berhasil membawa Gera, otomatis aku akan menikah dengan wanita itu! Itu yang kalian mau!" David memekik frustasi.
Roy dan Luis merenung berpikir bagaimana caranya agar mereka tidak bisa dikalahkan oleh Dewi. Ini masalah berat. Mulut Luis sudah ingin memberitahu semuanya pada Roy dan David. Ia ingin memberitahu keberadaan Gera. Tapi ia sudah berjanji pada Rita untuk tidak memberitahukan keberadaan Gera.
Namun, perihal David dan Dewi juga sangat berat. Ia tidak tega membiarkan pria tua ini berpikir keras dan menjadi sakit akibat ulah wanita sialan itu.
David terus saja memegang dadanya. Dia nampak kesulitan bernapas. Luis sudah tidak tahan. Ini bukan masalah sepele. Ia pasti bisa menjelaskannya pada Nek Rita nanti. Yang penting sekarang adalah keselamatan David.
Setelah lama mempertimbangkan semuanya, Luis memilih jujur. "Aku tahu Gera ada dimana."
0 Comments