"Banyak sekali pohon mangganya, Pak Man?" Kenanga kaget waktu melihat kebun belakang rumah terdapat banyak pohon mangga, strawberry dan juga anggur.
"Pak Saga memindahkan semua pohon ini kemari, Nyonya. Beliau memilih pohon terbaik karena Anda suka makan buah."
"Ehem!" Saga pura-pura batuk dan melirik Pak Man agar tidak banyak bicara.
"Saya ke depan, dulu. Ada pekerja baru yang akan menjaga rumah ini." Pak Man pamit meninggalkan teras belakang tempat di mana Maga dan Arga dulu sering bermain.
"Kapan kamu merancanakan ini semua?" tanya Kenanga menyandarkan kepalanya di bahu Saga. Mereka sedang duduk di anak tangga dan menikmati semilirnya angin.
"Sejak rumah ini jatuh ke tanganku."
"Nanga ...."
"Hmmmm?"
"Mari hidup bahagia selamanya. Saat Arga sudah dewasa nanti, dia akan mewarisi perusaan Sagara dan milik Bram. Aku telah mengatur semuanya demi masa depan anak-anak kita."
"Kamu memang papa yang baik. Mereka beruntung kamu adalah ayah mereka."
"Dan aku beruntung karena memilikimu, Nga," balas Saga memeluk istrinya dengan khidmat sebelum ponselnya berdering.
"Ada panggilan masuk," ucap Kenanga melepaskan pelukannya dan Saga buru-buru mengangkatnya.
"Ya? Ada apa? Ohhhh ... baiklah. Aku akan ke kantor sekarang. Hmmmm ... suruh dia menunggu di ruanganku."
"Siapa?" tanya Kenanga penasaran?
"Juned."
Kenanga mendesah. "Aku tahu itu Juned. Tapi, siapa yang ingin menemuimu?"
Saga tersenyum lalu mengelus pipi Kenanga. "Apa kau cemburu?"
"Cemburu? Memangnya yang ingin menemui seorang gadis?" tanya Kenanga mengerutkan keningnya.
"Bukan gadis. Tapi perempuan!"
"Aku ikut! Aku akan pergi ke kantor bersamamu!" Kenanga langsung berdiri. Firasatnya mengatakan bahwa yang akan menemui suaminya bukanlah perempuan biasa.
"Oh, istriku jadi over protektif sekarang?"
"Karena suamiku terlalu tampan! Aku tak mau suamiku selingkuh saat aku hamil!"
Sagara berdiri kemudian memegang wajah istrinya dengan kedua tangannya. "Hanya laki-laki bodoh yang melepaskan berlian sepertimu demi seonggok batu, Sayang!"
***
"Di mana dia?" tanya Saga begitu memasuki lobi dan Juned menunggunya di resepsionis.
"Di kantor Anda, Pak."
"Baiklah. Aku akan menemuinya," balas Saga menggenggam tangan istrinya dan berjalan menuju lift.
"Siapa yang datang?" tanya Kenanga penasaran.
"Model yang akan bekerjasama dengan perusahaan. Katanya, dia tidak mau tanda tangan kontrak jika tidak bertemu denganku langsung."
"Oh, apa kamu mengenalnya?"
"Bisa dibilang begitu. Ayo segera temui dia dan setelah itu kita makan sisng di kantin."
"Hum!" Kenanga menggenggam erat tangan suaminya dan berjalan menuju ruangannya. Siapapun yang datang, Kenanga tak akan membiarkan suami keduanya berpaling ke perempuan lain bahkan jika itu bidadari.
"Gara!" Seorang perempuan langsung berlari dan memeluk Sagara begitu pintu terbuka. "Aku merindukanmu, Gara! Kenapa kau tidak pernah menemuiku?!"
Saga langsung menepis tubuh Berlian, teman kuliahnya yang sekarang menjadi model ternama. Dan kebetulan, perempuan yang bisa dibilang usianya matang itu akan bekerjasama dengan perusahaan Sagara sebagai model. "Jaga sikapmu, Ber. Ada istriku di sini."
Berlian merengut. Dia memang mendengar bahwa Saga telah menikah. Taoi, dia tak menyangka istri Saga terlihat biasa-biasa saja. Pakaian tidak modis, rambut tanpa stylish dan wajah polos dengan riasan alakadarnya.
"Oh ... hai. Aku Berlian. Mantan pacar Gara!" Berlian mengulurkan tangannya dan Kenanga hanya tersenyum.
Hmmpphh! Baru juga mantan pacar. Sudah bangga dan sombong!
"Kenanga. Kenanga Ramdani. Istri dan juga ibu dari anak-anak Sagara Ramdani!" balas Kenanga menjabat erat tangan Berlian dan mereka pun saling bertatapan.
Dasar wanita udik! Baru juga istri. Kapan pun bisa cerai!
"Saya harap Anda bukanlah wanita murahan yang suka menggoda suami wanita lain," lanjut Kenanga lagi dengan senyum tersungging.
0 Comments