Putri |
Ceritanya kemarin itu aku habis ngepoin salah seorang teman yang kesehariannya selain bekerja sebagai admin di Bakhtitah Indonesia juga sebagai mahasisiwi.
Dia itu cantik, baik dan sekarang sedang menempuh pendidikan S2 nya di salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah. Dan tanpa basa-basi aku langsung menembak dia dengan beberapa pertanyaan serta meminta ijin untuk dipublish ceritanya dengan harapan siapa tahu akan sedikit bermanfaat bagi wanita lain yang sedang mengalami problem yang sama.
Pertanyaan pertama yaitu gimana rasanya kalau ditanya kapan nikah?
Kalau ditanya tentang menikah itu rasanya ... ada rasa sedih karena sampai saat ini belum juga mendapatkan pasangan atau suami.Ada rasa jengkel kenapa yang ditanya perihal yang belum jelas kapan waktunya.
Ada rasa bersyukur karena masih diperhatikan.
Pernah gak merasa sakit hati dengan pertanyaan teman soal kapan nikah?
Pernah. Dengan catatan yang bertanya dengan memberi judge seolah aku tidak mau menikah atau terlalu pemilih. Misal; kamu kapan nikah? Belum dijawab dia udah bilang gini "Makanya jangan pilih-pilih, sok jual mahal sih."
Cara menyikapi kalau ditanya,"Kapan nikah?"
Caranya? Berikan senyuman terbaik lalu jawab dengan santai dan berkata, Allah yang lebih tahu kapan waktuku.
Setelah ngobrol dengan Mput (panggilan akrab) aku memikirkan banyak hal sampai aku menuliskan artikel ini. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang bergelayutan di otakku.
Baca juga : Pasca Perceraian : Anak Adalah Alasanku Untuk Bangkit.
Apa sih pernikahan itu? Dan apakah menikah adalah urusan umum sehingga harus dijadikan konsumsi publik? Kapan tepatnya kita harus menikah? Dan apakah kita tidak boleh memilih seperti apa sih orang yang akan menikah dengan kita dan akan menjadi teman satu seperjuangan dalam mengarungi rumah tangga?
Terkadang aku merasa heran kepada kebanyakan masyarakat di Indonesia bahwa mereka sangat mudah sekali memberi cap terhadap seseorang. Seperti; kamu belum nikah tandanya kamu gak laku. Kamu belum nikah karena kualat. Kamu milih-milih sih, makanya gak nikah-nikah?
Well, kita membeli barang di toko aja milih-milih kan, ya? Beli sayur di pasar, kita juga milih kan ya? Pilih yang bagus, fresh, dan harganya murah. Iya, kan? Lalu kenapa sebagai manusia, sebagai wanita, yang bernyawa dan bisa berpikir, lantas kita tidak boleh memilih? Kita beli buah duku sekilo, ada satu atau dua yang busuk, pasti marah. Pasti ngedumel. Dan kita tinggal buang saja karena tidak bisa dimakan. Lalu, bagaimana dengan pria yang sudah menjadi suami kita? Maaf, laki-laki itu bukan duku. Think about it! Kita wanita dan kita memang harus memilih. (Kadang-kadang sudah milih aja tiba-tiba pernikahan gagal di tengah jalan. Iya, kan?"
Dan buat teman cantik yang memiliki cerita sama dengan diatas, jangan berkecil hati, usahakan jangan marah dan tetaplah yakin bahwa Tuhan telah menentukan waktunya kapan kita harus menikah. (*)
0 Comments