Image : Visme |
Selamat hari anak sedunia 20 November 2019. Kalau ngomongin soal anak, pasti banyak yang teringat anak-anaknya atau bahkan masa kecilnya sendiri? Apapun itu sebagai orang dewasa mari kita mengubah cara kita melihat serta memperlakukan anak-anak. Terutama menyoal kesehatan, pendidikan serta kebahagiaan mereka.
Lho, memangnya anak-anak harus bahagia? Bukannya yang mereka perlukan hanya main dan belajar. Eitss ... jangan salah. Anak yang kesehariannya bermain, belajar, belum tentu bahagia. Padahal, kebahagian masa anak-anak sangat berpengaruh pada masa tumbuh kembangnya dan ketika dewasa.
Anak yang dari kecil kurang perhatian dari orangtua, dibiarkan nakal dan tidak dididik dengan baik, saat dewasa pun tak banyak perubahan yang dialami. Sementara, anak yang bahagia, cukup kasih sayang orangtua, mendapat pendidikan yang baik, masa depan anak tersebut pun lebih baik.
Permasalahan anak yang ada di Indonesia dan belum terselesaikan.
1. Mahalnya biaya pendidikan.
Meskipun di negara kita menggembar gemborkan pendidikan minimal sembilan tahun, toh nyatanya banyak sekali anak-anak yang tidak bersekolah, putus sekolah ketika belum menyelesaikan pendidikan sembilan tahun. Alasan utamanya adalah satu. Mahalnya biaya untuk bersolah.
Miris sekali melihatnya. Ketika biaya sekolah untuk anak TK saja mahalnya sudah bikin leher tercekik. Belum lagi SD, SMP, SMA yang SPP nya kian hari makin melambung. Terlebih, sekolah favorit!
Jangan ditanya, orangtua yang keuangannya pas-pasan namun ingin memberikan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, mereka menjerit dan memeras keringatnya sampai ke tulang-tulang. Menurut data Kemendikbud anak SD yang putus sekolah selama tahun 2017/2018 sebanyak 32. 127 siswa. Itu baru tingkat sekolah dasar. Belum mencakup SMP, SMA dan bahkan yang sama sekali tidak bisa bersekolah. 1 kata. Miris!
2. Masalah kesehatan.
Soal kesehatan adalah hal mendasar bagi manusia terutama anak-anak. Bayangkan jika tidak ada anak-anak yang sehat di Indonesia? Siapa yang akan menjaga negeri ini di masa depan?
Menurut WHO Indonesia menempati urutan ketiga dengan jumlah stunting terbanyak di Asia Tenggara. Bukankah Indonesia negara yang gemah ripah lohjinawi? Kenapa justru anak-anak kitalah yang paling banyak mengalami kekurangan gizi?
Masalah kesehatan tak hanya berhenti di penyakitnya saja. Akan tetapi biaya pengobatannya pun sangat mahal dan tak jarang, jika si anak meninggal di rumah sakit dan orangtua tak mampu membayar biaya selama anak dirwat, mayat si anak pun akan ditahan pihak rumah sakit. Dan sayangnya, hal ini terjadi berulang kali. Satu pertanyaan ; Pendidikan dan kesehatan itu sebenarnya sebuah lembaga yang ditujukan untuk membantu masyarakat atau ladang bisnis belaka?
3. Tayangan televisi yang ramah anak.
Halo ... lembaga itu tuh yang sering nyensor-nyensor, apa kabar dengan sinetron? Acara-acara lawak yang gak jelas serta isinya cuma ngebully dan kekerasan? Belum lagi acara gosip di mana-mana dan sangat jarang ada tontonan yang ramah anak, mendidik, serta memberi hiburan. Kenapa makin ke sini pertelevisian Indonesia makin mundur?
4. Kekerasan terhadap anak yang dilakukan orang dewasa.
Kekerasan, pemerkosaan serta pelecehan seksual terhadap anak Indonesia baik itu laki-laki maupun perempuan masih kerap terjadi. Dan sangat disayangkan tak jarang sebagian orang justru menyalahkan pihak korban. Mari kita mundur ke belakang. Banyak sekali anak-anak yang diperkosa oleh orang yang justru dekat dengannya baik itu guru, keluarga, tetangga, bahkan orangtuanya sendiri. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi di masyarakat kita?
5. Kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh anak.
Bully secara fisik maupun verbal sampai detik ini masih tumbuh subur di dunia anak bahkan tak sedikit yang sampai meninggal. Kalau sudah begini, sebenarnya tanggung jawab siapakah kok seorang anak bisa sampai menyakiti atau mengeroyok temannya sendiri? Orangtua, pendidik, atau masyarakat? Think about it.
6. Semakin sempitnya tempat ramah anak, udara bersih, air bersih, makanan sehat dan lingkungan yang sehat.
Maraknya impor sampah di daerah Jawa Timur adalah salah satu contohnya. Sampah dijadikan bahan bakar pembuatan tahu yang asapnya mencemari udara. Belum lagi partikel-partikel sampah yang mencemari tanah dan air.
Selain itu ketika kita melihat tayangan di Youtube, tumpukan sampah tak hanya ada di area persawahan tetapi juga di kampung yang dihuni oleh manusia. Ini baru contoh kecil. Sedangkan di Indonesia, banyak sekali anak-anak yang mulai kehilangan spacenya untuk bermain. Mengalami gizi buruk serta tak terjangkau oleh pendidikan dan kehilangan hak untuk bahagia di masa kecilnya. (*)
0 Comments