Dari judulnya kok aneh, ya? Memang ada gara-gara artikel kok jadi musuhan?
Gimana, ya ... memang antik dan nyata kejadiannya. Kalau biasanya baper-baperan itu soal status sosmed, e ... kok ini malah gara-gara artikel?
Awal ceritanya itu saat aku mulai aktif ngeblog. Nah, kebetulan juga saat itu aku lagi cit chat sama teman, tetangga, sekaligus teman sekolah.
Ceritanya, kita itu temenan dari kecil sampe sekarang. Nah, ini nih orang yang kumaksud. Artikelnya bisa dibaca di bawah, ya.
Baca juga : Perpisahan Memang Berat. Namun Membuatku Semakin Kuat Dalam Menjalani Kehidupan.
Karena aku baru tahu gimana caranya dia bercerai dengan suami, suaminya ninggalin dia dan anak-anaknya demi wanita lain, sebagai teman dan perempuan wajar kalau aku marah. Gondog. Dan hasil kemarahanku itu jadilah status fb. Jadi artikel.
Singkat cerita, ada teman yang merasa tersinggung. Dia pikir, artikel-artikel yang aku tulis adalah cerita kehidupannya dia.
Pas tahu dia ngerasa begitu dari status-status WA dan curhatannya dia di kolom komentar (Merasa teraniaya dan jadi korban) aku langsung bertanya- tanya pada diri sendiri. Wah, ini orang kebangetan nih. Padahal sudah lama berteman, harusnya tahu gimana aku.
Tanpa menunggu lama, aku block (sekarang sudah diunblock) sosmed dan WAnya. Kenapa harus block-block an segala? Pertama; aku tidak ingin melihat hal yang menurutku kekanakan. Jika kita ada masalah dengan seseorang, bicarakan langsung dan jangan baper gak jelas. Kedua; ingin menjaga hati dan pikiran agar tetap bisa produktif menulis.
Sampai aku menuliskan hal ini di blog, aku tidak pernah mengubungi doi maupun memberi penjelasan. Buatku, tak semua hal perlu dijelaskan. Tapi, cukup dimengerti. Dan kebetulan juga, beliau ketika itu sedang hami. Etikanya, tidak baik ribut dengan wanita hamil karena mereka itu sedang dalam keadaan labil (Karena hormon. Plus pernah ada teman yang cerita waktu dia hamil emosinya jadi tidak terkontrol dan aku berusaha keras untuk memahami hal itu).
Lagipula, seorang blogger atau penulis pasti memiliki rule-rule tersendiri dalam membuat artikel di blognya. Tidak serampangan dalam menulis. Dan kalau aku pribadi, ketika menuliskan kehidupan orang lain, aku harus meminta ijin terlebih dahulu. Apakah ceritanya boleh dipublish atau tidak? Apakah fotonya boleh disertakan atau tidak. Ya, menulis adalah tentang etika. Dan seorang penulis yang tahu aturannya, pasti memiliki etika dan memegang prinsip itu.
Buat teman cantiks yang memiliki teman seorang blogger, atau penulis, jika kalian merasa tersinggung atau marah dengan apa yang dituliskan, konfirmasikan pada teman kalian tentang kebenarannya. Jangan malah menggunjing di media sosial yang mengarah kepada mengajak orang lain untuk membenci teman kalian.
Memang, apapun itu adalah hak kalian. But, it's bad for your health and heart. Dan untuk sesama bloggers dan penulis, mari bersihkan hati dan pikiran biar ide-ide terus mengalir dengan lancar.
Teman bloggers ada yang pernah mengalami hal sama denganku, kah? Dan bagaimana cara kalian menghadapinya?Sharing,yuk .... (*)
Ceritanya, kita itu temenan dari kecil sampe sekarang. Nah, ini nih orang yang kumaksud. Artikelnya bisa dibaca di bawah, ya.
Baca juga : Perpisahan Memang Berat. Namun Membuatku Semakin Kuat Dalam Menjalani Kehidupan.
Karena aku baru tahu gimana caranya dia bercerai dengan suami, suaminya ninggalin dia dan anak-anaknya demi wanita lain, sebagai teman dan perempuan wajar kalau aku marah. Gondog. Dan hasil kemarahanku itu jadilah status fb. Jadi artikel.
Singkat cerita, ada teman yang merasa tersinggung. Dia pikir, artikel-artikel yang aku tulis adalah cerita kehidupannya dia.
Pas tahu dia ngerasa begitu dari status-status WA dan curhatannya dia di kolom komentar (Merasa teraniaya dan jadi korban) aku langsung bertanya- tanya pada diri sendiri. Wah, ini orang kebangetan nih. Padahal sudah lama berteman, harusnya tahu gimana aku.
Tanpa menunggu lama, aku block (sekarang sudah diunblock) sosmed dan WAnya. Kenapa harus block-block an segala? Pertama; aku tidak ingin melihat hal yang menurutku kekanakan. Jika kita ada masalah dengan seseorang, bicarakan langsung dan jangan baper gak jelas. Kedua; ingin menjaga hati dan pikiran agar tetap bisa produktif menulis.
Sampai aku menuliskan hal ini di blog, aku tidak pernah mengubungi doi maupun memberi penjelasan. Buatku, tak semua hal perlu dijelaskan. Tapi, cukup dimengerti. Dan kebetulan juga, beliau ketika itu sedang hami. Etikanya, tidak baik ribut dengan wanita hamil karena mereka itu sedang dalam keadaan labil (Karena hormon. Plus pernah ada teman yang cerita waktu dia hamil emosinya jadi tidak terkontrol dan aku berusaha keras untuk memahami hal itu).
Lagipula, seorang blogger atau penulis pasti memiliki rule-rule tersendiri dalam membuat artikel di blognya. Tidak serampangan dalam menulis. Dan kalau aku pribadi, ketika menuliskan kehidupan orang lain, aku harus meminta ijin terlebih dahulu. Apakah ceritanya boleh dipublish atau tidak? Apakah fotonya boleh disertakan atau tidak. Ya, menulis adalah tentang etika. Dan seorang penulis yang tahu aturannya, pasti memiliki etika dan memegang prinsip itu.
Buat teman cantiks yang memiliki teman seorang blogger, atau penulis, jika kalian merasa tersinggung atau marah dengan apa yang dituliskan, konfirmasikan pada teman kalian tentang kebenarannya. Jangan malah menggunjing di media sosial yang mengarah kepada mengajak orang lain untuk membenci teman kalian.
Memang, apapun itu adalah hak kalian. But, it's bad for your health and heart. Dan untuk sesama bloggers dan penulis, mari bersihkan hati dan pikiran biar ide-ide terus mengalir dengan lancar.
Teman bloggers ada yang pernah mengalami hal sama denganku, kah? Dan bagaimana cara kalian menghadapinya?Sharing,yuk .... (*)
2 Comments
Aku tahu, aku tahu! Hehehe.
ReplyDeleteAlhamdulillah aku pribadi belum pernah ngalamin hal demikian, sih. Dan semoga nggak sampai bila bila masa. 😆
🤣jangan sampe dah. Biar kita selalu adem ayem.
Delete