Image : Visme |
Setiap orangtua terutama ibu pasti memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendidik anaknya. Dan setiap ibu ingin menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. Sehingga, tidak adil rasanya jika ibu A disalahkan karena cara mengajari anaknya berbeda dengan ibu B.
Meskipun begitu, dalam dunia parenting ada beberapa poin kesalahan yang justru dilakukan banyak ibu. Alih-alih ingin menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya, yang terjadi justru sebaliknya.
Ketika anak masih kecil, mungkin hasil dari didikan itu belum terlihat secara jelas dan bisa dimaklumi. Namun ketika sudah dewasa, hal itu akan sangat berpengaruh bagi kehidupan anak tersebut dan akan sulit untuk dirubah.
Biarkanlah anak-anak tumbuh dengan mandiri dan percaya diri.
Aku mengenal seorang pria (35 th) dan diusianya yang bisa dibilang tidak muda lagi dia belum bisa melakukan tugas-tugasnya sebagai seorang anak, dan lelaki dewasa tentunya.
Dia memiliki sifat cenderung minder, gampang marah jika tidak sesuai keinginannya, makan harus enak, belum bisa mandiri, tidak suka bersosialisasi dan masih tergantung dengan ibunya.
Pada suatu ketika si ibu bercerita bahwa dia salah mendidik anak dan dia menyesal karena didikannya lah anaknya tumbuh menjadi seperti itu.
Lalu, bagaimana si ibu mendidik anaknya saat kecil dahulu?
- Sebagai anak yang paling kecil, anak tersebut paling dimanja dan apa-apa dituruti.
- Jika kakak-kakaknya mendapat tugas mencuci piring sendiri setelah makan, mencuci pakaian, menyapu, maka si adik tidak diberi tugas apapun. Dengan alasan ah masih kecil. Toh ada kakak-kakaknya.
- Tidak diajak dalam pertemuan keluarga maupun tetangga. Sang anak dibiarkan saja bermain game, nonton televisi dan berlama-lama di depan komputer. Pikirnya si ibu hal itu wajar. Kan anak-anak.
- Selalu membantu kesulitan anak dan tidak membiarkannya berpikir dan bertindak secara mandiri. Setiap ada tugas sekolah, anak tidak dibiarkan berpikir sendiri. Ibunyalah yang membantu mengerjakan. Kamar kotor, berantakan, selalu ibunya yang membereskan dan membersihkan.
Baca juga : Usaha Emping Jagung Bagi Ibu Rumah Tangga.
Dari kejadian diatas barangkali terlihat sepele. Remeh. Tapi pada kenyataannya tidak seperti itu.
Di lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa keemasannya. Di mana pada usia 2 tahun pertumbuhan otak anak mencapai 80%. Sedangkan di usia 5-6 tahun pertumbuhan otaknya semakin pesat antara 90-95%.
Diusia anak yang sering disebut masa emas inilah yang akan menentukan masa depan anak nantinya. Dan sudah menjadi tugas orangtua terutama ibu untuk mendidiknya, mengarahkannya, menstimulasi otak anak agar berkembang, dan bisa berpikir secara mandiri.
Jangan takut anak bermain lumpur, tanah, mencorat-coret tembok, dan permainan-permainan lain. Biarkan. Kalau bisa, temani si kecil dan ajari bagaimana cara melukis pohon, mobil-mobilan dan lain sebagainya.
Belikan anak mainan yang dapat menstimulasi otak mereka. Saat anak jatuh, atau mainannya hilang, biarkan dia berdiri sendiri, biarkan ia mencari mainannya yang hilang. Karena di sana ia akan belajar bagaimana cara bangkit, bagaimana cara memecahkan masalah, dan tahu apa itu berusaha. (*)
Catatan kecil : Aku belum menjadi seorang ibu, tapi pekerjaanku adalah mengurus tiga anak yang sudah aku anggap seperti anak sendiri. Tulisan ini dihasilkan dari pengamatan sekitar dan juga membaca buku maupun artikel tentang parenting. Semoga bermanfaat.
Dari kejadian diatas barangkali terlihat sepele. Remeh. Tapi pada kenyataannya tidak seperti itu.
Di lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa keemasannya. Di mana pada usia 2 tahun pertumbuhan otak anak mencapai 80%. Sedangkan di usia 5-6 tahun pertumbuhan otaknya semakin pesat antara 90-95%.
Diusia anak yang sering disebut masa emas inilah yang akan menentukan masa depan anak nantinya. Dan sudah menjadi tugas orangtua terutama ibu untuk mendidiknya, mengarahkannya, menstimulasi otak anak agar berkembang, dan bisa berpikir secara mandiri.
Jangan takut anak bermain lumpur, tanah, mencorat-coret tembok, dan permainan-permainan lain. Biarkan. Kalau bisa, temani si kecil dan ajari bagaimana cara melukis pohon, mobil-mobilan dan lain sebagainya.
Belikan anak mainan yang dapat menstimulasi otak mereka. Saat anak jatuh, atau mainannya hilang, biarkan dia berdiri sendiri, biarkan ia mencari mainannya yang hilang. Karena di sana ia akan belajar bagaimana cara bangkit, bagaimana cara memecahkan masalah, dan tahu apa itu berusaha. (*)
Catatan kecil : Aku belum menjadi seorang ibu, tapi pekerjaanku adalah mengurus tiga anak yang sudah aku anggap seperti anak sendiri. Tulisan ini dihasilkan dari pengamatan sekitar dan juga membaca buku maupun artikel tentang parenting. Semoga bermanfaat.
0 Comments