Wanita ... di manapun tempatnya, apapun pekerjaannya, berapapun usianya, mereka memiliki hak yang sama. Yaitu, dicintai, dihargai dan memiliki kebebasan (berekspresi, mengenyam pendidikan, berpendapat) yang setara (tanpa melanggar norma yang ada).
Alasan kenapa banyak perempuan di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya memilih bekerja di luar negeri di sektor rumah tangga.
Kehidupan kelas menengah ke bawah dengan kelas menengah ke atas tentu sangat berbeda. Bukan hanya soal pendidikan dan penghasilan. Melainkan juga pola pikir.
Banyak sekali aku menemui baik di lingkungan sekitar, berita melalui televisi maupun media sosial, bahwa perempuan-perempuan yang berada di kelas menengah ke bawah rentan terhadap pernikahan usia dini.
Selain pola pikir masyarakatnya sendiri yang ketika anak perempuan sudah lulus SD berarti sudah dewasa dan patut dinikahkan. Pun orangtua tak mampu menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga memiliki pemikiran takut anaknya jadi perawan tua, maka menikah adalah solusinya.
Ketika si anak sudah menikah yang tentu saja menikah dengan orang yang setara, memiliki anak bahkan lebih dari satu, di sinilah jiwa perempuan mulai memberontak. Dia bukan lagi gadis remaja yang menurut begitu saja ketika dinikahkan melainkan menjelma menjadi wanita dewasa.
Himpitan ekonomi yang seakan tak pernah ada habisnya, kebutuhan sandang, pangan, papan, mulai meningkat namun suami penghasilannya tak bisa diharapkan, di sinilah perempuan itu berpikir," Kenapa tidak menjadi TKW saja? Gajinya besar. Kalau bekerja di negeri sendiri, mana ada yang mau nerima? SMP saja tidak lulus. Kalaupun ada yang mau menerima kerja, gajinya pasti sedikit."
Tak bisa dipungkiri bahwa ekonomi adalah alasan terbesar bagi perempuan-perempuan Indonesia memutuskan untuk bekerja di luar negeri sebagai TKW.
Banyak sekali aku menemui baik di lingkungan sekitar, berita melalui televisi maupun media sosial, bahwa perempuan-perempuan yang berada di kelas menengah ke bawah rentan terhadap pernikahan usia dini.
Selain pola pikir masyarakatnya sendiri yang ketika anak perempuan sudah lulus SD berarti sudah dewasa dan patut dinikahkan. Pun orangtua tak mampu menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga memiliki pemikiran takut anaknya jadi perawan tua, maka menikah adalah solusinya.
Ketika si anak sudah menikah yang tentu saja menikah dengan orang yang setara, memiliki anak bahkan lebih dari satu, di sinilah jiwa perempuan mulai memberontak. Dia bukan lagi gadis remaja yang menurut begitu saja ketika dinikahkan melainkan menjelma menjadi wanita dewasa.
Himpitan ekonomi yang seakan tak pernah ada habisnya, kebutuhan sandang, pangan, papan, mulai meningkat namun suami penghasilannya tak bisa diharapkan, di sinilah perempuan itu berpikir," Kenapa tidak menjadi TKW saja? Gajinya besar. Kalau bekerja di negeri sendiri, mana ada yang mau nerima? SMP saja tidak lulus. Kalaupun ada yang mau menerima kerja, gajinya pasti sedikit."
Tak bisa dipungkiri bahwa ekonomi adalah alasan terbesar bagi perempuan-perempuan Indonesia memutuskan untuk bekerja di luar negeri sebagai TKW.
Pembantu rumah tangga hanyalah profesi dan bukan pekerjaan rendahan.
Sejatinya tak ada pekerjaan yang rendahan selagi pekerjaannya tidak melanggar hukum. Pembantu rumah tangga atau yang sering juga disebut assisten rumah tangga adalah jenis pekerjaan. Sama halnya seperti tukang ojek, becak, buruh pabrik, koki, artis, dokter, hingga presiden sekalipun. Semua itu hanyalah nama pekerjaan yang sama-sama membutuhkan tanggung jawab.
Yang membedakan hanyalah tempatnya bekerja. Pembantu rumah tangga pekerjaannya bergelut dengan hal-hal rumah tangga, pegawai kantoran mengurus data-data dan laporan, presiden dengan tugas kenegaraannya, dokter bekerja di klinik, rumah sakit dan mengurus pasien-pasiennya. Semua jenis pekerjaan membutuhkan tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab, tak akan ada pekerjaan yang terselesaikan dengan baik.
Selain itu, bekerja di luar negeri gajinya tak main-main. Meskipun tergantung negara tujuan, namun rata-rata adalah 6-10 juta perbulan dan itu bersih. Karena kebutuhan pokok rata-rata ditanggung oleh majikan. Mungkin uang dengan sejumlah itu kecil nilainya bagi sebagian orang, tapi untuk ukuran perempuan yang tak memiliki pendidikan tinggi, gaji dengan jumlah itu adalah sangat banyak nilainya.
Tak ada jenis pekerjaan yang sempurna. Begitupun pembantu rumah tangga.
Di dunia ini tak ada manusia yang sempurna. Pun dengan profesi atau jenis pekerjaan. Apapun pekerjaan yang ditekuni pasti memiliki hal positif dan negatif dan tak bisa lepas dari yang namanya risiko pekerjaan. Baik dokter, presiden di sebuah negara, manager perusahaan, tukang becak, hingga pembantu rumah tangga sekalipun memiliki risiko.
Bekerja di luar negeri yang notabene jauh dari sanak saudara memiliki risiko yang cukup tinggi dibanding bekerja di dalam negeri. Mulai dari kekerasan yang dilakukan oleh majikan, pemerkosaan oleh majikan, penipuan, perceraian dengan suami, hingga pembunuhan.
Apakah yang mengalami risiko yang disebutkan di atas jumlahnya sangat banyak?
Sampai detik ini belum ditemukan data yang valid. Namun, jika dilihat maka kekerasan dan pemerkosaan memang benar adanya meskipun tidak banyak. Begitu pun dengan pembunuhan yang rata-rata pelakunya adalah kekasih perempuan itu sendiri. Kalau untuk kasus perceraian dan penipuan, ini sangat jelas terlihat di sekeliling. Bahwa ketika hubungan suami istri ditempa masalah ekonomi kemudian ditambah jarak, maka akan sulit dipertahankan. Dan tak sedikit pula yang terkena kasus penipuan melalui media sosial dengan berbagai modus.
Apa saja yang dilakukan para TKW ketika libur bekerja?
Pernah mendengar atau bahkan melihat berita para tenaga kerja wanita (tkw) di media sosial mengenai hal-hal negatif? Sebenarnya, hal itu benar atau enggak, sih?
Tentu saja benar! Akan tetapi seperti yang diketahui bahwa berita buruk lebih cepat menyebar daripada berita yang baik. Sama halnya yang terjadi belakangan ini bahwa hoax lebih dipercaya dan sangat cepat menyebar daripada fakta. Tak dapat dipungkiri bahwa pengaruh media sosial begitu besar di era sekarang ini. Begitu pun di dunia tenaga wanita kerja di luar negeri. Berita negatif menutupi hal-hal positif.
Ada baik ada buruk. Begitulah hukum alam yang ada. Hal-hal buruk sudah naik ke permukaan, ini saatnya hal-hal baik diperlihatkan, dituliskan, agar masyarakat luas tahu bahwa masih sangat banyak para tkw yang menjunjung tinggi adat istiadat serta budaya Indonesia.
Setiap hari libur baik itu pada hari minggu maupun public holiday, para tkw melakukan banyak kegiatan seperti :
1. Mengikuti pendidikan formal ; Kejar paket B, C, Universitas.
2. Pendidikan non formal; Les bahasa (Mandarin, Inggris, Jepang) kursus menjahit, kursus kecantikan rambut, kecantikan kulit, modeling, kursus komputer, menjahit, memasak, membuat kue, kerajinan tangan, silat, taekwondo dan masih banyak lagi.
3. Mengikuti ajang pencarian bakat seperti; Menyanyi, menari, putri kecantikan, modeling, makeup artist dll.
4. Aktif dalam dunia literasi bersama buruh migrant dari negara lain dan berbagai sektor pekerjaan.
Suka duka menjadi TKW?
Suka dan duka datang silih berganti tanpa permisi dan tanpa pilih-pilih. Ia selalu hadir pada setiap makhluk di bumi ini tak terkecuali di dunia tenaga kerja wanita.
Suka :
*Bisa belajar bahasa asing
*Mengetahui kebudayaan setempat
*Menambah wawasan
*Taraf kesejahteraan hidup meningkat
Duka :
*Jauh dari sanak keluarga
*Kalau sakit tetap harus kerja
*Kalau dapat boss kurang baik (syedih)
*Kurang tidur
*Kurang istirahat
*Harus sabar sabar dan sabar
Well, apapun pekerjaan kita, entah banyak senangnya atau duka mari jalani apa yang ada di hadapan kita dengan baik. Saling menghormati, mengasihi dan menghargai. Karena sejatinya apapun yang manusia miliki di dunia ini hanyalah fatamorgana. Terima kasih telah membaca, sampai jumpa di tulisanku berikutnya. (*)
Thanks to : Kak Bun untuk foto2nya yang cantik.
-Salam Manis-
Maitra Tara
12 Comments
jadi TKW bukan pekerjaan yang haram kan. insyaAllah berkah kalau dijalani dengan baik dan benar.
ReplyDeleteKalau saya lagi traveling ke negara-negara yang banyak mbak-mbak TKWnya, saya suka ngobrol-ngobrol sama mereka. Banyak yang curhat suka duka jadi TKW.
Saya salut sekali dengan perjuangan mbak-mbak TKW ini, luar biasa.
salam kenal,
Salam kenal juga mbak Dita. Iya, mmg kerja di luar kudu hati2 biar gak terbawa arus. Salah pergaulan, nanti bisa terjerumus ke hal2 negatif.
DeleteKalau aku sendiri menganggap lumayan jadi TKW bsa ke Ln, dalam kehidupan nyata kayaknya jauh deh angan2 ke LN, hawong mau plesir ke Jakarta aja banyak nahan sabarnya, ups.
ReplyDeleteBisa dibilang gitu jg. Yg pasti harus siap mental agar gak berhenti di tengah jalan. Kalau tiba2 putus kontrak di tengah jalan, sayanv banget. Seangkatanku banyak yg baru setahun pulang karena gak kuat.
DeleteSPo memang harys disiplin banget2 siya. Waktu kudaftar dulu direkomen PT ke HK aja kebetulan akeh koncone yawis...
DeleteSPo memang harys disiplin banget2 siya. Waktu kudaftar dulu direkomen PT ke HK aja kebetulan akeh koncone yawis...
DeleteSPo memang harys disiplin banget2 siya. Waktu kudaftar dulu direkomen PT ke HK aja kebetulan akeh koncone yawis...
Deletewaktu muda saya malah kepengen jadi pembantu rumah tangga, hahaha.
ReplyDeleteMikirnya sederhana, daripada di rumah gak dibayar, mending di rumah orang dibayar.
Dan selanjutnya sih kebanyakan nonton drama :D
😂😂😂😂nontonnya pasti Drakor. Macam the heirs😂😂
DeleteSebetulnya jadi TKW dengan profesi ART itu bukan pekerjaan haram, tapi kadang saya kasihan dengan mereka yang meninggalkan keluarganya karena himpitan ekonomi. apalagi yang sudah punya anak dan suami, banyak cerita yang tidak menyenangkan yang pun saya dengar. jadi kasihan sendiri gitu. sudahlah jauh-jauh kerja, balik-balik, suami punya istri lagi. hmmmm... :(
ReplyDeleteRisiko pekerjaan. Seandainya negeri kita bisa menjamin kesejahteraan, adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia, pasti tak begini jadinyaðŸ˜
DeletePekerjaan apapun yang kita miliki berbanggalah karena berarti kita berjuang dan berusaha untuk hidup mandiri. Tidak bergantung pada orang lain.
ReplyDeleteApapun bentuknya, selama itu halal, tidak ada pekerjaan yang lebih rendah dari pekerjaan lainnya. Hanya kesempitan cara pandang manusia saja yang membuat jenis pekerjaan disamakan dengan kasta manusia.
Sesuatu yang sangat salah karena tidak ada kasta dalam kehidupan manusia. Semua manusia itu sama derajatnya.