Kebutuhan akan biaya hidup yang kian hari makin tinggi, tak jarang membuat seorang ibu rumah tangga tergerak untuk bekerja demi membantu menopang ekonomi keluarga. Dikarenakan modal dan pengetahuan minim untuk berwirausaha, maka bekerja di luar rumah adalah pilihan yang harus dijalani. Namun, bukan tanpa risiko tentunya. Pekerjaan rumah tangga menjadi terbengkalai karena jam kerja yang panjang, belum lagi jika jam kerja menggunakan shift. Maka, tak jarang seorang ibu rumah tangga akan menjadi sangat lelah bahkan stress karena harus menanggung dua hal sekaligus. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan juga seorang karyawan. Hal ini lah yang mempengaruhi pemikiran "Kenapa tidak ambil assisten rumah tangga saja?". Berikut hal-hal yang harus dipikirkan masak-masak sebelum memutuskan hal tersebut.
1. Apakah benar-benar membutuhkan jasa assisten rumah tangga?
Seharian bekerja tak hayal membuat tubuh dan pikiran lelah. Ketika sampai di rumah melihat mainan anak berantakan, cucian dan setrikaan menumpuk, lantai kotor serta cucian piring menumpuk di bak cuci, membuat kita semakin merasa kelelahan dan arrrggghh ... greget! Mau langsung bersih-bersih tapi kok capek. Dibiarkan begitu saja kok rasanya risih.
Ketika curhat dengan suami kalau ingin mempekerjakan seorang assisten, suami bertanya, "Apakah benar-benar butuh?"
Hal ini tak jarang menjadi dilema para ibu. Apakah iya memang butuh seseorang untuk membantu pekerjaan rumah? Atau hanya alasan biar ketika pulang kerja, kita tidak usah repot beberes rumah?
Tanyakan pada diri sendiri dan suami, tentunya. Apakah bisa tugas rumah tangga dikerjakan bersama? Misal, ayah mencuci baju dan nyetrika kemudian ibu bersih-bersih rumah.
Jika ayah menolak, usulkan bagaimana jika soal cucian memakai jasa laundry?
Jika ayah menyetujui, fix! Satu masalah terselesaikan. Tinggal urusan bersih-bersih dan mainan anak. Usahakan selalu langsung mencuci peralatan makan yang dipakai. Jangan ditumpuk karena semakin menumpuk, biasanya akan semakin malas mencuci. Kemudian untuk mainan anak, ajarkan dari sedini mungkin untuk membereskan kamar serta mainannya sendiri.
Berdasarkan pengalaman bekerja sebagai pembantu rumah tangga, saya menarik kesimpulan bahwa peran orangtua sangatlah penting untuk membangun kedisiplinan anak serta menumbuhkan cinta kebersihan. Ketika anak sudah memasuki sekolah menengah, terapkan agar ia mau mencuci baju serta sprei kasurnya sendiri. Hal ini akan sangat berpengaruh untuk pekerjaan ibu. Sehingga, mempekerjakan seorang assisten rumah tangga tidak terlalu dibutuhkan. Sekali lagi, hal yang dibutuhkan adalah kerjasama antar anggota keluarga.
2. Ambillah jasa assisten rumah tangga sesuai kebutuhan.
Maksudnya adalah apakah yang dibutuhkan assisten yang full time dari pagi sampai malam hari (stay) atau half time yang hanya dipanggil ketika butuh saja.
3. Pikirkan soal budget
Memiliki seorang assisten rumah tangga memang sangat menolong pekerjaan rumah. Ketika pagi sampai malam ia siap sedia menolong kita. Mulai dari membangunkan anak hingga menyiapkan sarapan, bersih-bersih sekaligus menjaga rumah. Namun, sebelum memutuskan mengambil assisten rumah tangga dari sebuah agensi, coba dihitung-hitung kembali dan buatlah bagan berapa budget yang harus dikeluarkan dan apakah seimbang dengan pendapatan?
Ketika mengambil assisten yang full time tentu kita harus menyediakan makan dan tempat tinggal. Dan jika dihitung-hitung maka jumlahnya tidak sedikit. Itu sebabnya mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga tak semudah kelihatannya.
4. Apakah nyaman serumah dengan orang lain? Yang otomatis akan melihat dan mengetahui baik buruknya penghuni rumah.
Orang yang tinggal serumah dengan kita adalah orang yang paling tahu tentang kebiasaan kita sehari-hari termasuk assisten rumah tangga. Ia akan tahu tingkah laku bossnya dan tidak jarang kebiasaan-kebiasaan itu akan jadi perbincangan di kalangan assisten lainnya. (*)
Maksudnya adalah apakah yang dibutuhkan assisten yang full time dari pagi sampai malam hari (stay) atau half time yang hanya dipanggil ketika butuh saja.
3. Pikirkan soal budget
Memiliki seorang assisten rumah tangga memang sangat menolong pekerjaan rumah. Ketika pagi sampai malam ia siap sedia menolong kita. Mulai dari membangunkan anak hingga menyiapkan sarapan, bersih-bersih sekaligus menjaga rumah. Namun, sebelum memutuskan mengambil assisten rumah tangga dari sebuah agensi, coba dihitung-hitung kembali dan buatlah bagan berapa budget yang harus dikeluarkan dan apakah seimbang dengan pendapatan?
Ketika mengambil assisten yang full time tentu kita harus menyediakan makan dan tempat tinggal. Dan jika dihitung-hitung maka jumlahnya tidak sedikit. Itu sebabnya mempekerjakan seorang pembantu rumah tangga tak semudah kelihatannya.
All pict by Canva |
4. Apakah nyaman serumah dengan orang lain? Yang otomatis akan melihat dan mengetahui baik buruknya penghuni rumah.
Orang yang tinggal serumah dengan kita adalah orang yang paling tahu tentang kebiasaan kita sehari-hari termasuk assisten rumah tangga. Ia akan tahu tingkah laku bossnya dan tidak jarang kebiasaan-kebiasaan itu akan jadi perbincangan di kalangan assisten lainnya. (*)
8 Comments
Hhh ... Iya juga ya. Kebetulan saya sedang berpikir panjang soal hal ini.
ReplyDelete😂😂ayo srmangat mikir mbak Akarui.
ReplyDeletePoin nomor 4 yang bikin saya nggak jadi pakai jasa ART. Ada mertua aja di rumah rasanya sungkan. Apalagi ada orang lain. Tapi risikonya ya rumah nggak rapi amat karena saya juga kerja dan punya anak kecil.
ReplyDeleteIya betul mbak. Kalau ada orang lain itu rasanya gimana. Kecuali sudah terbiasa. Sekarang sangat sulit mencari pembantu yang benar2 baik dan tidak suka menggosipkan bosnya.
DeleteMemang kudu hati2 kalau mau mempekerjakan ART. Kadang banyak yang nggak sesuai dengan harapan kita.
ReplyDeleteBetul mbak. Pastikan yg gak neko2.
DeleteKalo di perumahanku kebanyakan ART hanya setengah hari saja mbak, dan itu untuk nyapu ngepel saja. Tidak sampai menginap.
ReplyDeleteItu jg bagus mbak. Disesuaikan kebutuhan. Dan yg pasti menghemat biaya.
Delete