I'm not gonna talk about Sulli ( Singer and Actress/ former member F (x) was dead few days a go ) atau artis Korea lain yang memilih mengakhiri hidup dengan cara yang tragis dan menyisakan luka yang dalam bagi keluarga, kerabat, sahabat, maupun para fansnya. Tapi, yang ingin aku bicarakan disini adalah sungguh ringannya jari-jari kita (termasuk aku) berkomentar di media sosial tanpa berpikir panjang apa akibatnya bagi orang yang dikomentari.
I just remind you, guys. I'm not a good person. I'm still human who make a lot of mistake. Masih sering nyinyir dan pastinya banyak menyakiti hati orang lain.
"Lah, tau gitu kenapa nulis beginian? Sok-sok'an deh!"
Bukannya sok atau bagaimana, tulisan ini lebih mengarah kepada mengajak diri sendiri dan orang lain untuk berpikir lebih bijak lagi tentang berperilaku di media sosial. Dan yang lebih penting dari itu adalah supaya tidak ada lagi/ meminimalisir agar orang lain tidak membuat kesalahan sama, seperti yang aku lakukan.
Pentingnya self control.
Sejak tahun 2015 aku termasuk orang yang aktif di media sosial terutama Facebook. Alasannya simple kenapa aku ada di sana. Yaitu, mengindari kebosanan, suntuk, dan stress karena jenis pekerjaanku yang mengharuskan 1 kali 24 jam di dalam rumah selama 2 tahun penuh (saat itu belum ada libur).
Bisa kebayang gak, tuh? Berbulan-bulan di dalam rumah tanpa tahu dunia luar? Tanpa gadget? Sekali megang HP, langsung deh. Meledak! Tidak terkendali.
Akibat tidak adanya self control inilah aku menjadi miss nyinyir. Apapun yang lewat di beranda dikomentari. Pokoknya, yang gak sesuai sama pemikiran, gak sejalan, wajib dibantah. Akibatnya apa? Banyak musuh, iya. Dibenci, pasti. Dan yang lebih besar lagi adalah kehilangan jati diri dan waktu terbuang percuma sehingga berefek pada kerjaan yang amburadul. Udah gak punya self control, time management nya pun gak paham. Satu kata. Ambyar!
Caraku mengendalikan diri dan mengatur waktu.
Saat tiba di puncak tak terkontrol berkomentar di media sosial, saat itu aku merasa berada di ruang paling gelap. Sendirian. Dan kesepian. Padahal, komunitas grup FB, WA, Mesenger ada. Tapi hati kosong. Pikiran rasanya ogah-ogahan buat mikir.
Di mulai dari situ lah perlahan-lahan aku menarik diri dari media sosial. Friendlist yang dulu sering memicu pikiran-pikiran negatif, unfriend. Menarik diri dari grup FB, maupun WA yang seringnya isinya adalah membicarakan orang lain.
Aku berusaha keras di sana. Meskipun orang lain tak menyadari dan penarikan diriku dianggap negatif, i don't care at all. Intinya adalah aku stress, aku gak mau terjebak selamanya di sana, dan hanya aku yang bisa menolong diriku sendiri.
Pelan tapi pasti. Aku mulai rileks. Mulai bisa mengontrol emosi di media sosial. Mengontrol tidak berkomentar pada hal-hal yang tidak disukai, dan yang pasti mulai bisa mengatur waktu. Dan sekarang di sinilah aku. Dunia blogging yang seperti menyelamatkan jiwaku. Dunia di mana aku bisa berkreasi dan mengeluarkan apapun pemikiranku.
Ngeblog tidak hanya membuat pemikiranku semakin positif namun juga memiliki keinginan untuk maju seperti blogger lainnya. Karena, di sini kita, narablog dituntut untuk kreatif dan inovatif. Jika tidak, maka isi blog akan kosong mlompong. Itu sebabnya aku sering menyinggung bahwa orang-orang yang pikirannya positif, jiwanya positif, mereka memiliki karya untuk dibanggakan dan selalu memiliki ide dibanding mereka yang negatif.
Apa pelajaran yang bisa dipetik?
Jika teman-teman merasa memiliki kesamaan seperti ceritaku di atas (nyinyir, banyak waktu terbuang percuma, gak kreatif, waktu habis di medsos, kerjaan tidak terkontrol dan hal negatif lain), sekaranglah saatnya kamu menyelamatkan dirimu sendiri. Menyelamatkan jiwamu. Karena ketika nyinyir tentang banyak hal, siapa yang paling sakit? Apakah orang kita komentari? Tidak! Melainkan kitalah yang paling sakit. Kitalah yang memiliki jiwa rapuh. Dan kitalah yang perlu diselamatkan.
Karena it's time to work, ya. Aku akhiri dulu tulisan ini. Aku tidak tahu apakah ceritaku ini bermanfaat untuk pembaca atau tidak. Tapi satu harapanku, siapapun kalian, mari kita menikmati hidup. Mari sama-sama berusaha menjadi orang yang positif sehingga semakin bijak jika berkomentar di media sosial.
Mari bersama menyelamatkan jiwa-jiwa yang kesepian dengan kata-kata. Karena hanya dengan seperti itu, jiwa kita pun akan selamat dan tenang dalam menjalani kehidupan. Jangan sampai jari-jari kita membunuh seseorang yang berefek pada diri sendiri. Membuatnya (orang yang kita nyinyiri) dan diri sendiri jauh dari kehidupan dan kebahagiaan. Terima kasih sudah membaca, sampai ketemu lagi. (*)
2 Comments
duluuu banget pernah nyinyirin artis, dan waktu itu rasanya emang puas dan lega, tapi sekarang baru sadar, kalo itu gak guna, dan hanya kepuasan sesaat
ReplyDeleteBetulðŸ˜dan kalau gak dikontrol bisa keterusan dan susah ngilanginnya.
Delete